• 16 Jul, 2025

7 Ciri Orang Toxic yang Harus Dihindari agar Kesehatan Mental Tetap Terjaga

7 Ciri Orang Toxic yang Harus Dihindari agar Kesehatan Mental Tetap Terjaga

Kenali 7 ciri orang toxic seperti suka merendahkan, manipulatif, dan sulit minta maaf agar kamu bisa menjaga hubungan sosial yang sehat dan positif.

Depok, Jawa Barat - Dalam kehidupan sosial sehari-hari, tidak semua orang yang kita temui memberikan dampak positif. Ada tipe individu yang secara halus maupun terang-terangan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan mental dan emosional orang di sekitarnya. Mereka kerap disebut sebagai “orang toxic”. Meskipun istilah ini terdengar populer di media sosial, sebenarnya ada dasar psikologis yang kuat di baliknya.

Salah satu ciri paling umum dari orang toxic adalah gemar mengkritik orang lain, namun tidak tahan ketika dirinya mendapat kritik. American Psychiatric Association melalui Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) mencatat bahwa hal ini merupakan bagian dari kepribadian narsistik. Individu semacam ini sering merasa diri mereka lebih unggul sehingga setiap kritik dianggap sebagai serangan terhadap harga diri.

Lebih jauh, orang toxic juga cenderung meremehkan orang lain. Ini bukan sekadar komentar pedas sesekali, melainkan bentuk kekerasan emosional yang terus-menerus. National Domestic Violence Hotline menjelaskan bahwa merendahkan adalah salah satu bentuk kekerasan verbal yang digunakan untuk menjatuhkan harga diri orang lain dan mempertahankan kontrol dalam hubungan.

Dalam banyak kasus, individu toxic juga menunjukkan minimnya empati terhadap orang lain. Dr. Paul Ekman, pakar psikologi emosi, menegaskan bahwa empati merupakan kunci hubungan yang sehat. Ketika empati tidak hadir, seseorang akan kesulitan membangun interaksi sosial yang positif dan bisa menjadi penyebab utama konflik interpersonal.

Ciri lainnya yang patut diwaspadai adalah kecenderungan memanipulasi orang lain. Dalam bukunya In Sheep’s Clothing, Dr. George Simon menjelaskan bahwa manipulasi adalah taktik utama yang digunakan oleh orang dengan kepribadian agresif-pasif. Manipulasi ini bisa sangat halus, seperti bermain peran sebagai korban untuk membangkitkan rasa bersalah, hingga yang lebih kasar seperti ancaman emosional.

Tidak hanya itu, orang toxic sering kali membuat suasana menjadi negatif ketika suasana hati mereka sedang buruk. Ini merupakan bentuk emotional contagion, yakni kondisi saat emosi seseorang menular kepada orang lain. Seperti dijelaskan dalam Psychology Today, ketidakmampuan dalam mengelola emosi dapat membuat seseorang menyebarkan energi negatif di lingkungan sosialnya.

Kesulitan untuk meminta maaf juga menjadi sinyal penting. Menurut penelitian dari Ohio State University, individu yang enggan meminta maaf biasanya memiliki ego yang tinggi atau merasa bahwa permintaan maaf adalah bentuk kelemahan. Padahal, kemampuan untuk mengakui kesalahan merupakan ciri dari kedewasaan emosional.

Terakhir, orang toxic sering merasa dirinya selalu paling benar. Ini berkaitan dengan cognitive rigidity, atau kekakuan berpikir. Journal of Personality and Social Psychology mencatat bahwa orang dengan rigiditas kognitif cenderung menolak pendapat berbeda dan tidak fleksibel dalam menghadapi konflik atau diskusi terbuka.

Mengenali ciri-ciri ini penting agar kita bisa menjaga batas yang sehat dalam berinteraksi. Tidak semua orang toxic memiliki niat buruk secara sadar, tetapi dampaknya bisa sangat merusak jika terus dibiarkan. Dengan memahami pola perilaku tersebut, kita dapat lebih bijak dalam menjaga kesehatan mental dan membangun relasi yang sehat serta saling mendukung.

(*)

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.