Jakarta - Ketika aparat hukum di Indonesia berusaha menindak para pelaku korupsi dan kejahatan ekonomi, banyak dari mereka justru berhasil melarikan diri ke luar negeri. Singapura selama ini kerap disebut sebagai tempat persembunyian favorit, namun faktanya, ada beberapa negara lain yang juga menjadi tujuan utama. Negara-negara ini sering kali memiliki kebijakan hukum dan sistem finansial yang menguntungkan bagi para buronan.
Negara-Negara Pelarian Favorit Koruptor
Berdasarkan berbagai laporan, setidaknya ada tujuh negara yang kerap menjadi tempat persembunyian bagi para pelaku kejahatan ekonomi dari Indonesia.
Singapura menjadi destinasi utama karena lokasinya yang dekat serta fasilitas keuangan yang kuat. Hingga kini, beberapa buronan kasus korupsi Indonesia masih diduga bersembunyi di sana. Namun, dengan adanya perjanjian ekstradisi yang ditandatangani pada awal 2022, ada harapan bahwa para pelaku bisa lebih mudah dipulangkan ke Indonesia.
Swiss dikenal sebagai salah satu tempat yang paling aman bagi pelaku kejahatan ekonomi. Sistem perbankannya yang ketat dalam menjaga kerahasiaan rekening membuat banyak buronan merasa nyaman menyimpan aset di negara ini.
Panama juga menjadi tujuan favorit bagi mereka yang ingin menyembunyikan aset. Setelah skandal Panama Papers terbongkar, negara ini semakin dikenal sebagai surga bagi orang-orang yang ingin menghindari pajak dan menyamarkan kepemilikan uang mereka. Struktur perusahaan offshore yang rumit sering kali membuat aparat penegak hukum kesulitan melacak aliran dana hasil kejahatan.
Seychelles, negara kecil di Afrika, memiliki sistem perbankan yang longgar. Banyak pelaku kejahatan ekonomi memanfaatkan kondisi ini untuk menyembunyikan aset dan menghindari pajak di negara asal mereka.
Amerika Serikat juga pernah menjadi tempat pelarian bagi buronan kasus korupsi dari Indonesia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah seorang pelaku yang terlibat dalam kredit fiktif di sebuah bank daerah di Indonesia. Ia berhasil melarikan diri ke Amerika Serikat dan sulit untuk dipulangkan karena berbagai kendala hukum.
Serbia menjadi tempat persembunyian bagi seorang tersangka pembobolan bank yang berhasil menghindari hukum selama bertahun-tahun. Ia akhirnya diekstradisi ke Indonesia setelah melalui proses panjang dan negosiasi antarnegara.
Cayman Islands terkenal sebagai pusat keuangan offshore yang menawarkan kemudahan bagi orang-orang yang ingin menyimpan uang tanpa banyak pertanyaan. Lebih dari seratus ribu perusahaan terdaftar di sana, meskipun jumlah penduduknya sangat kecil. Hal ini menjadikan tempat tersebut sebagai salah satu lokasi favorit untuk menyembunyikan aset hasil kejahatan.
Mengapa Sulit Menangkap Koruptor yang Kabur?
Salah satu kendala utama dalam menangkap buronan korupsi adalah tidak adanya perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan negara tujuan. Beberapa negara memiliki aturan ketat terkait perlindungan data finansial, sehingga menyulitkan proses penyelidikan.
Selain itu, beberapa pelaku kejahatan ekonomi menggunakan kewarganegaraan ganda atau mengubah identitas mereka untuk menghindari ekstradisi. Dengan sistem hukum yang berbeda di tiap negara, proses pemulangan buronan sering kali menjadi proses panjang dan penuh tantangan.
Upaya Indonesia dalam Menindak Buronan
Pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat kerja sama internasional dalam menindak pelaku korupsi yang kabur ke luar negeri. Perjanjian ekstradisi dengan beberapa negara diharapkan menjadi langkah awal yang efektif. Selain itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, dan kepolisian bekerja sama dengan Interpol untuk menerbitkan red notice bagi buronan yang melarikan diri ke luar negeri.
Namun, tanpa dukungan penuh dari negara-negara yang menjadi tujuan pelarian, penegakan hukum terhadap para pelaku kejahatan ekonomi akan tetap menjadi tantangan besar.
Singapura bukan satu-satunya negara tujuan bagi buronan korupsi Indonesia. Ada banyak negara lain yang menawarkan perlindungan melalui sistem perbankan rahasia, aturan pajak longgar, atau kebijakan ekstradisi yang tidak menguntungkan bagi Indonesia.
Meski demikian, dengan meningkatnya kerja sama internasional dan tekanan global terhadap pencucian uang serta kejahatan keuangan, ada harapan bahwa ke depan, para pelaku kejahatan ekonomi tidak bisa lagi dengan mudah melarikan diri dan menikmati hasil korupsi mereka di luar negeri. ***