• 16 Jul, 2025

Ali bin Abi Thalib, Singa Padang Pasir yang Masih Menggema di Balik Panasnya Konflik Iran dan Israel

Ali bin Abi Thalib, Singa Padang Pasir yang Masih Menggema di Balik Panasnya Konflik Iran dan Israel

Simak bagaimana Iran menghidupkan semangat Ali bin Abi Thalib, Sang Singa Padang Pasir, dalam konflik panas dengan Israel. Narasi spiritual, politik, dan simbol perlawanan ini jadi kunci geopolitik Timur Tengah hari ini.

Jakarta – Ketegangan antara Iran dan Israel yang terus meningkat tak hanya bersandar pada konflik geopolitik semata. Di balik retorika dan pernyataan tajam dari Teheran, terdapat narasi spiritual dan historis yang kuat—sebuah warisan yang dihidupkan kembali dari sosok Ali bin Abi Thalib, sang “Singa Padang Pasir.”

Bagi banyak umat Muslim, khususnya penganut Syiah di Iran, Ali bin Abi Thalib bukan hanya khalifah keempat dalam sejarah Islam. Ia adalah lambang keadilan, perlawanan terhadap tirani, serta simbol keberanian yang tak tergoyahkan. Julukan "Asadullah" atau "Singa Allah" disematkan kepadanya karena keberaniannya di medan perang dan keteguhannya dalam menegakkan kebenaran.

Iran dan Ali: Warisan Spiritualitas yang Menjadi Ideologi Politik

Sejak Revolusi Islam 1979, Iran menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai simbol perjuangan spiritual sekaligus politik. Dalam banyak pidatonya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei kerap mengutip keteladanan Ali dalam menghadapi penindasan.

“Ali tidak pernah kompromi terhadap kebatilan, bahkan ketika ia ditinggalkan,” ujar Khamenei dalam salah satu ceramahnya. Narasi ini kerap diulang dalam konteks perlawanan Iran terhadap kekuatan Barat dan Israel, yang mereka sebut sebagai simbol imperialisme modern dan penindasan terhadap rakyat Palestina.

Dari Perang Badar ke Gaza: Membentangkan Jembatan Ideologis

Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai panglima yang tak gentar dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Kisahnya saat mengangkat pedang melawan tokoh-tokoh musyrik Quraisy dijadikan inspirasi dalam perang ideologis Iran hari ini. Pemerintah dan militer Iran menarasikan konflik di Gaza atau Lebanon sebagai bentuk “Ashura modern”, dan menempatkan Israel dalam posisi Yazid, tokoh tiran dalam sejarah Syiah.

Narasi ini disebarluaskan dalam berbagai media Iran, buku pelajaran, hingga pidato militer. Bahkan, pasukan elit Iran, Quds Force, sering disebut sebagai penerus semangat perjuangan Ali dan Husein di masa kini.

Mengapa Ali Relevan dalam Konflik Kontemporer?

Di mata Iran, konflik dengan Israel bukan sekadar konflik teritorial atau kepentingan regional. Ini adalah konflik nilai, antara apa yang mereka anggap sebagai keadilan melawan penindasan. Di sinilah Ali bin Abi Thalib memainkan peran simbolik penting—sebagai ikon moral perlawanan terhadap kekuasaan yang zalim.

Ali dikenal sebagai figur yang tidak mencari kekuasaan demi kekuasaan itu sendiri. Saat mayoritas umat memberikan kekuasaan pada khalifah lain setelah wafatnya Nabi, ia tetap bersabar, sampai akhirnya menjadi khalifah keempat. Namun, bahkan ketika ia memimpin, ia tetap hidup sederhana dan memegang prinsip keadilan sosial. Hal ini kontras dengan stigma kekuasaan yang elitis dan zalim, yang oleh Iran sering dilekatkan pada Israel dan sekutunya.

Ali dalam Pidato dan Politik Luar Negeri Iran

Dalam pidato Hari Quds—perayaan tahunan yang diadakan setiap Jumat terakhir di bulan Ramadan—Ali sering disebut sebagai inspirasi utama. Iran menjadikan Hari Quds sebagai momen solidaritas untuk Palestina dan penolakan terhadap Israel.

Pada peringatan tahun ini, Ayatollah Khamenei menyatakan, “Kita belajar dari Ali bahwa keadilan tidak akan datang jika kita diam. Perlawanan adalah jalan iman.”

Sementara itu, Presiden Iran Ebrahim Raisi juga beberapa kali menekankan bahwa kebijakan luar negeri Iran di Timur Tengah berakar pada ajaran para Imam, terutama Ali bin Abi Thalib, dalam menentang penindasan dan mendukung kaum tertindas (mustadh’afin).

Kisah Ali bin Abi Thalib memang hidup lebih dari 14 abad lalu. Namun, di Iran hari ini, kisah itu bukan sekadar narasi masa lalu. Ia adalah ideologi yang hidup, menjadi pemandu kebijakan, sumber semangat militan, dan pembentuk opini publik.

Dalam konflik yang kian memanas antara Iran dan Israel, retorika tentang Ali bin Abi Thalib menjadi elemen penting dalam membingkai konflik sebagai bukan hanya sengketa dua negara, tetapi sebagai pertarungan antara nilai-nilai moral yang diwarisi dari sosok Singa Padang Pasir melawan kekuatan yang dianggap zalim.

(*)

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.