• 16 Jul, 2025

Bukti Zionis Israel Gagal Capai Target Strategis Usai Serang Nuklir dan Rezim Iran Tetap Kokoh

Bukti Zionis Israel Gagal Capai Target Strategis Usai Serang Nuklir dan Rezim Iran Tetap Kokoh

Israel dan AS serang fasilitas nuklir dan bunuh tokoh penting Iran, tapi gagal gulingkan rezim. Iran tetap bertahan dan meluncurkan serangan balasan besar. Artikel ini sajikan analisis faktual dan mendalam dari berbagai sumber kredibel.

Jakarta - Serangan udara gabungan antara Israel dan Amerika Serikat pada pertengahan Juni 2025 terhadap fasilitas nuklir Iran menandai eskalasi terbesar dalam konflik kedua negara dalam dekade terakhir. Meski menimbulkan kerusakan signifikan pada infrastruktur nuklir Iran, sejumlah target strategis yang diharapkan Israel belum tercapai. Fakta ini memunculkan sejumlah evaluasi terhadap efektivitas militer Israel serta dampak geopolitik yang menyertainya.

Kerusakan pada Fasilitas Nuklir Iran

Pada 21 dan 22 Juni 2025, militer Israel, didukung Amerika Serikat, meluncurkan serangan udara ke tiga lokasi utama fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Operasi ini diberi nama "Operation Midnight Hammer" dan dilaporkan sebagai serangan udara terkoordinasi terbesar sejak konflik tahun 2021.

Menurut laporan Financial Times dan konfirmasi dari Pentagon, fasilitas Natanz mengalami kerusakan paling parah, dengan sejumlah bangunan hancur total akibat bom penembus bunker milik AS. Fordow dan Isfahan juga terkena dampak serius, meski belum ada data pasti mengenai status operasionalnya pascaserangan.

"Kami percaya bahwa kemampuan Iran untuk memperkaya uranium di lokasi-lokasi tersebut telah lumpuh untuk beberapa bulan ke depan," kata Juru Bicara Departemen Pertahanan AS, Kolonel James Ryder, dalam konferensi pers pada 23 Juni 2025.

Meski demikian, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) belum merilis verifikasi independen atas tingkat kerusakan yang terjadi, sementara Iran menyatakan akan segera memulihkan operasional fasilitas mereka.

Rezim Iran Tetap Bertahan

Salah satu harapan tidak resmi dari kalangan pengamat Barat adalah kemungkinan bahwa serangan ini akan melemahkan atau bahkan menjatuhkan rezim Iran. Namun, hingga akhir Juni 2025, tidak ada indikasi bahwa pemerintahan Iran melemah secara signifikan.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, masih memegang kendali penuh. Ratusan ribu warga dilaporkan turun ke jalan mengikuti pemakaman ilmuwan dan jenderal yang tewas akibat serangan Israel, menunjukkan dukungan publik yang kuat terhadap pemerintah.

"Kami tidak akan menyerah pada tekanan asing. Serangan ini hanya memperkuat tekad kami," ujar Khamenei dalam pidatonya di Teheran pada 24 Juni 2025, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Kegagalan Mengganti Rezim dengan Keturunan Shah

Sejumlah analis sempat berspekulasi bahwa pihak Barat, khususnya kelompok eksil Iran, akan memanfaatkan momentum serangan untuk mengangkat Reza Pahlavi, putra mantan Shah Iran, sebagai simbol perlawanan terhadap rezim Islam. Namun, tidak ada pergerakan signifikan yang mengarah pada skenario tersebut.

Reza Pahlavi memang sempat mengeluarkan pernyataan mendukung perubahan rezim, tetapi tidak memiliki dukungan militer maupun politik dalam negeri yang cukup kuat. Hingga kini, tidak ada indikasi keterlibatannya dalam upaya penggulingan pemerintah Iran.

Serangan Balasan Iran ke Israel

Sebagai respons terhadap serangan tersebut, Iran meluncurkan lebih dari 500 rudal balistik dan drone ke wilayah Israel, termasuk serangan langsung ke kota Beersheba dan rumah sakit Soroka. Serangan balasan ini terjadi antara 23 hingga 26 Juni 2025, dan diklaim sebagai pembalasan atas “agresi militer Israel dan Amerika.”

Menurut data Kementerian Kesehatan Israel, sedikitnya 28 warga sipil tewas dan lebih dari 150 lainnya terluka akibat serangan tersebut. Meski sistem pertahanan Iron Dome berhasil mencegat sebagian besar proyektil, sejumlah target infrastruktur tetap terkena dampak.

"Ini adalah salah satu serangan paling intens yang pernah kami alami. Respons Iran menunjukkan kapasitas militernya yang tidak bisa diremehkan," ujar Jenderal Aviv Kochavi, mantan Kepala Staf IDF, kepada Haaretz.

Keterlibatan Langsung Amerika Serikat

Keterlibatan militer Amerika Serikat dalam serangan ini menunjukkan bahwa Israel tidak bertindak sendiri. Presiden AS saat itu, Donald Trump, mengonfirmasi bahwa pasukan AS turut melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran sebagai bagian dari aliansi strategis dengan Israel.

Namun, pada 24 Juni 2025, Trump juga mengumumkan bahwa kedua pihak telah mencapai kesepakatan gencatan senjata sementara. "Tidak akan ada yang terluka lebih lanjut. Gencatan senjata telah berlaku sejak pukul 18.00 waktu Teheran," ujar Trump dalam konferensi pers yang dilansir The Times.

Gencatan senjata ini dimediasi oleh sejumlah negara termasuk Qatar dan Swiss, yang telah lama menjadi perantara diplomatik dalam konflik kawasan.

Dampak Strategis

Meski berhasil merusak fasilitas vital milik Iran, Israel dinilai gagal mencapai tujuan strategis jangka panjangnya: menghapuskan kemampuan nuklir Iran sepenuhnya dan menjatuhkan rezim. Iran tetap mempertahankan posisi politik dan militernya, bahkan mampu membalas dengan kekuatan yang signifikan.

Menurut laporan The Washington Post, para analis memperkirakan bahwa program nuklir Iran akan mengalami keterlambatan antara 6 hingga 12 bulan. Namun, kemampuan rudal dan jaringan aliansi regional Iran (termasuk Hizbullah dan Houthi) tetap aktif.

"Serangan ini bersifat taktis, bukan strategis. Iran masih punya cukup infrastruktur dan sumber daya untuk melanjutkan proyeknya dalam jangka menengah," kata Michael Eisenstadt, pakar militer dari The Washington Institute.

Konflik Israel-Iran yang memuncak pada Juni 2025 menandai babak baru dalam ketegangan geopolitik kawasan Timur Tengah. Serangan udara yang masif belum menghasilkan kemenangan strategis bagi Israel. Sebaliknya, Iran menunjukkan ketahanan politik dan militer yang signifikan, serta kemampuan balistik yang mampu menimbulkan dampak nyata bagi keamanan Israel.

Situasi ini menyoroti kompleksitas konflik kawasan yang melibatkan kekuatan global dan regional, serta memperkuat urgensi solusi diplomatik yang berkelanjutan agar eskalasi tidak berlanjut menjadi konflik terbuka yang lebih luas.

(*)

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.