• 14 Jul, 2025

Di Balik Kesuksesan AI Microsoft: Insinyur yang Ciptakan Kini Di-PHK oleh Kode Buatan Mereka

Di Balik Kesuksesan AI Microsoft: Insinyur yang Ciptakan Kini Di-PHK oleh Kode Buatan Mereka

Microsoft PHK ribuan insinyur AI yang mereka ciptakan sendiri. Teknologi canggih justru menggantikan posisi mereka, ironis dan penuh pelajaran penting.

Seattle – Microsoft baru saja memangkas sekitar 6.000 karyawannya secara global. Ironisnya, sebagian besar yang terdampak adalah para insinyur perangkat lunak—mereka yang justru merancang dan membangun sistem kecerdasan buatan (AI) yang kini menjadi ujung tombak perusahaan. Langkah ini memicu diskusi luas mengenai masa depan tenaga kerja di tengah kemajuan AI yang begitu pesat. 

Menurut laporan Times of India, pemangkasan ini merupakan bagian dari restrukturisasi perusahaan, bukan karena kinerja individu. CEO Microsoft, Satya Nadella, menyebut PHK ini sebagai langkah yang berkaitan dengan penyederhanaan struktur organisasi. Namun, gelombang pemutusan hubungan kerja ini menunjukkan adanya ketegangan yang makin kentara antara efisiensi teknologi dan nasib para penciptanya. 

Di negara bagian Washington, Amerika Serikat—markas utama Microsoft—dilaporkan lebih dari 40% karyawan yang terdampak berasal dari kalangan teknisi. Mereka termasuk pengembang perangkat lunak, insinyur pembelajaran mesin, serta staf infrastruktur sistem. Mereka sebelumnya diminta untuk meningkatkan penggunaan alat bantu seperti Copilot dan ChatGPT dalam pengembangan kode. Setelah teknologi tersebut berhasil diterapkan dan terbukti mampu menulis hingga 30%–50% kode secara otomatis, posisi mereka justru dianggap tidak lagi diperlukan. 

“Apakah saya sudah menduganya? Mungkin,” ujar Gabriela de Queiroz, yang hingga baru-baru ini menjabat sebagai Direktur AI untuk Startup di Microsoft. “Saat ini, tak peduli seberapa keras Anda bekerja atau seberapa besar kontribusi Anda, tak ada yang kebal dari restrukturisasi.” 

Jeff Hulse, yang memimpin tim berisi ratusan insinyur, juga dilaporkan terdampak. Ia adalah salah satu tokoh internal yang mendorong adopsi AI dalam pengembangan kode perangkat lunak. Timnya bertugas mengintegrasikan AI ke dalam proses pemrograman untuk meningkatkan efisiensi. Namun, setelah implementasi sukses, posisi mereka ikut hilang dalam pemangkasan tersebut. 

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menyakitkan di kalangan teknisi: apakah mereka secara tidak sadar telah melatih pengganti mereka sendiri?

Satya Nadella sendiri mengakui bahwa AI berpotensi menggantikan sebagian pekerjaan. Dalam wawancara terdahulu, ia menyebut AI sebagai “terobosan produktivitas” yang bisa “menghasilkan sepertiga dari total kode” dalam proyek teknologi tertentu. Namun, ia juga menekankan bahwa AI seharusnya meningkatkan keterampilan dan produktivitas manusia, bukan sekadar menggantikannya. Alih-alih mengambil pekerjaan, AI akan membantu meningkatkan upah karena karyawan dapat memberikan layanan yang lebih ahli, kata Nadella sebagaimana dikutip Benzinga. 

Meski demikian, data internal yang dilaporkan oleh Times of India menunjukkan bahwa hanya sekitar 17% dari PHK di wilayah Washington berasal dari kalangan manajerial. Ini memperkuat kesan bahwa posisi teknis-lah yang paling terdampak dalam gelombang pemangkasan ini. 

Perubahan peran teknisi di era AI kini tampak nyata. Seperti dikutip dari The Economic Times, Chief Product Officer Microsoft menyebut bahwa coding saat ini tengah “berevolusi”, dan para pengembang tidak lagi menulis setiap baris kode, tetapi lebih berperan sebagai pengawas dan pengarah sistem AI yang melakukan pekerjaan tersebut. 

Kisah PHK massal ini membuka bab baru dalam diskusi seputar masa depan pekerjaan di industri teknologi. Di satu sisi, efisiensi meningkat. Di sisi lain, nasib manusia yang berada di balik kemajuan itu dipertaruhkan.

(*)

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.