Texas - GameStop Corp., raksasa ritel video game asal Grapevine, Texas, kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah sempat nyaris tenggelam dalam gelombang digitalisasi industri. Setelah mencatatkan kerugian bertahun-tahun, perusahaan ini berhasil membukukan laba bersih sebesar US1 juta dalam tahun fiskal terakhir, dengan pendapatan mencapai US,8 miliar. Meski harga sahamnya per April 2025 berada di angka US,83—turun 22,1%—kapitalisasi pasarnya tetap kuat di kisaran US,87 miliar.
Salah satu langkah mengejutkan yang menarik perhatian pasar adalah keputusan GameStop untuk menginvestasikan sebagian dana kasnya ke dalam Bitcoin. “Langkah ini mencerminkan tren perusahaan besar lainnya yang mulai memasukkan aset kripto ke dalam strategi keuangan mereka,” tulis Business Insider. Tak lama setelah pengumuman tersebut, saham GameStop melonjak 7%, meski sebelumnya mereka baru saja melaporkan penurunan pendapatan kuartal keempat sebesar 28%.
Namun jauh sebelum langkah-langkah strategis itu diambil, nama GameStop telah lebih dulu mengguncang Wall Street. Pada awal 2021, GameStop menjadi simbol perlawanan investor ritel dalam fenomena yang dikenal luas sebagai “meme stock.” Forum Reddit r/WallStreetBets menjadi pusat pergerakan massal para investor kecil yang mendorong harga saham GME dari sekitar US hingga mencapai puncaknya di US3. CNBC Indonesia menyebutnya sebagai momen “geger Wall Street” yang belum pernah terjadi sebelumnya. Aksi beli besar-besaran ini berhasil menekan hedge fund besar yang melakukan short selling terhadap saham GameStop, dalam sebuah aksi pasar yang dikenal sebagai “short squeeze.”
Transformasi GameStop memang bukan perjalanan singkat. Perusahaan ini berdiri pada 1984 dengan nama awal Babbage’s, terinspirasi dari pelopor komputer modern Charles Babbage. Fokus awalnya adalah penjualan perangkat lunak untuk komputer pribadi, sebelum akhirnya bertransformasi menjadi toko ritel video game. Pada 1994, Babbage’s bergabung dengan Software Etc. dan membentuk NeoStar Retail Group. Setelah melewati masa kebangkrutan, GameStop lahir kembali sebagai entitas mandiri di awal 2000-an dan resmi memakai nama “GameStop Corp.”
Ekspansi besar terjadi pada 2005 saat GameStop mengakuisisi Electronics Boutique (EB Games), memperluas jangkauan global ke Australia, Kanada, dan sejumlah negara Eropa. Namun kejayaan itu tak bertahan lama. Perubahan drastis dalam pola konsumsi—dari penjualan fisik ke distribusi digital—membuat model bisnis GameStop yang konvensional ketinggalan zaman. Penutupan ratusan toko, termasuk di Irlandia, Italia, dan Jerman pada periode 2023–2024, menjadi sinyal jelas bahwa perusahaan ini tengah berada di persimpangan jalan.
Alih-alih menyerah, GameStop memilih untuk berevolusi. Mereka mulai mengembangkan e-commerce dan membangun komunitas gamer lewat merchandise eksklusif. Lebih jauh, perusahaan ini mengeksplorasi potensi dunia kripto dan teknologi blockchain sebagai bagian dari upaya diversifikasi bisnis.
Saat ini, GameStop mengelola lebih dari 4.800 toko yang tersebar di 17 negara, dengan merek dagang seperti EB Games dan Micromania berada di bawah naungannya. Meskipun pamornya tak sekuat dulu, GameStop tetap menjadi simbol penting dalam budaya gaming global. Langkah-langkah berani yang mereka ambil, mulai dari investasi kripto hingga manuver pasar saham yang epik, membuktikan bahwa perusahaan ini masih relevan di tengah lanskap industri yang terus berubah.
(*)