Yogyakarta – Gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik pada Senin (27/5/2025) pagi. Meskipun puncaknya tertutup kabut tebal, guguran lava pijar tetap terpantau meluncur ke arah barat daya, tepatnya menuju alur Sungai Bebeng. Semburan ini tercatat terjadi sebanyak 14 kali dalam kurun waktu enam jam, dari pukul 06.00 hingga 12.00 WIB, dengan jarak luncur maksimum mencapai satu kilometer.
Kondisi visual yang terbatas tak menyurutkan kewaspadaan para pengamat aktivitas gunung. Gunung Merapi tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati, demikian keterangan resmi dalam laporan pengamatan yang diterbitkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).
Cuaca di sekitar gunung pada pagi itu dilaporkan mendung, dengan suhu udara berkisar antara 21 hingga 23,8 derajat Celsius, kelembaban udara sangat tinggi yaitu 90,7–99 persen, dan tekanan udara mencapai 567,2–708,1 mmHg. Angin tercatat bertiup lemah hingga sedang ke arah timur dan tenggara.
Semburan lava pijar bukan satu-satunya indikator peningkatan aktivitas Merapi. Dari sisi kegempaan, tercatat adanya kenaikan jumlah gempa guguran dari 26 menjadi 31 kali, serta gempa hybrid atau fase banyak yang juga naik dari 32 menjadi 34 kali. Indikator-indikator ini memperkuat potensi bahaya yang mengintai dari aktivitas gunung api aktif tersebut.
Meski demikian, status Gunung Merapi tetap berada pada Level III atau Siaga. Masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar lereng gunung dan alur sungai yang berhulu di puncak Merapi, diimbau untuk tetap tenang namun waspada. BPPTKG terus mengingatkan agar warga mematuhi seluruh rekomendasi, termasuk menjauhi area yang telah dinyatakan berbahaya.
Gunung Merapi, sebagai salah satu gunung api paling aktif di Indonesia, memang menyimpan potensi erupsi yang sewaktu-waktu dapat meningkat. Kondisi tertutup kabut seperti yang terjadi pada Senin pagi ini justru bisa menjadi tantangan tersendiri dalam proses pemantauan visual langsung.
Namun, teknologi pemantauan modern dan pengamatan kegempaan yang teliti memungkinkan pihak berwenang untuk tetap menjaga kewaspadaan tinggi meski dalam keterbatasan cuaca. Dalam situasi seperti ini, informasi resmi dari BPPTKG menjadi rujukan utama bagi masyarakat dan media untuk memahami dinamika aktivitas Merapi secara akurat dan bertanggung jawab.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, masyarakat diminta tidak terpancing kabar tidak valid, dan terus mengikuti perkembangan terkini melalui kanal resmi. Meski Merapi diselimuti kabut, aktivitasnya tetap menyala. Kewaspadaan adalah kunci utama dalam menghadapi fenomena alam yang penuh ketidakpastian ini.
Kronologi Aktivitas Gunung Merapi: Semburan Lava Pijar ke Arah Sungai Bebeng
Waktu Kejadian: Senin, 27 Mei 2025, pukul 06.00–12.00 WIB. Lokasi: Gunung Merapi, arah luncuran ke Sungai Bebeng. Berikut Kronologi Kejadian:
1. Pagi Hari, Cuaca Mendung dan Kabut Tebal
Sejak pagi, visual Gunung Merapi tertutup kabut. Asap kawah tidak dapat diamati secara langsung. Suhu udara tercatat berkisar antara 21–23,8°C, dengan kelembaban mencapai 90,7–99%.
2. Semburan Lava Pijar Terpantau
Dalam periode pengamatan enam jam (06.00–12.00 WIB), terjadi aktivitas guguran lava pijar sebanyak 14 kali. Arah luncuran mengarah ke barat daya, khususnya ke alur Sungai Bebeng, dengan jarak maksimum mencapai 1 kilometer.
3. Peningkatan Aktivitas Seismik
Data kegempaan menunjukkan peningkatan signifikan. Jumlah gempa guguran naik dari 26 menjadi 31 kali, sedangkan gempa hybrid meningkat dari 32 menjadi 34 kali.
4. Status Tetap Siaga
Berdasarkan aktivitas tersebut, status Gunung Merapi tetap berada di Level III (Siaga). Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya, terutama di sektor barat daya yang meliputi Sungai Bebeng dan sekitarnya.
Aktivitas ini merupakan bagian dari fase erupsi yang masih berlangsung. Pihak berwenang meminta masyarakat untuk tidak beraktivitas di wilayah yang direkomendasikan untuk dikosongkan dan selalu mengikuti informasi resmi dari BPPTKG.
(*)