Jakarta - Penunjukan Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama Perum Produksi Film Negara (PFN) menuai beragam reaksi dari pelaku industri film.
Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Marcella Zalianty, turut mengomentari keputusan tersebut dengan menyoroti pentingnya kompetensi dalam kepemimpinan PFN.
Kita tahu banyak orang film yang sangat kompeten dan punya pengalaman dalam produksi maupun manajerial industri ini, ujar Marcella.
Ia menegaskan bahwa industri film memiliki ekosistem yang kompleks dan membutuhkan pemahaman mendalam dalam pengelolaannya.
Keputusan pemerintah menunjuk Riefian Fajarsyah, atau lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, sebagai pucuk pimpinan PFN memang mengejutkan banyak pihak.
Sebagai musisi yang dikenal luas, rekam jejak Ifan dalam dunia perfilman relatif minim jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain yang telah lama berkecimpung di industri ini.
PFN, sebagai badan usaha milik negara yang bergerak di bidang produksi dan distribusi film, memiliki peran strategis dalam pengembangan industri film nasional.
Sejumlah kalangan mempertanyakan apakah pengalaman Ifan di industri musik dapat diterjemahkan ke dalam kepemimpinan di sektor perfilman.
Di sisi lain, pengangkatan figur publik di posisi strategis bukanlah hal baru dalam dunia BUMN.
Beberapa pihak berpendapat bahwa latar belakang populer Ifan bisa menjadi keuntungan dalam mempromosikan dan membangkitkan kembali peran PFN di tengah industri film yang semakin kompetitif.
Namun, skeptisisme tetap ada, terutama dari kalangan sineas yang telah lama berjuang membangun perfilman Indonesia.
Kontroversi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi industri kreatif di Indonesia, di mana keputusan strategis pemerintah sering kali mengundang perdebatan soal kompetensi dan kapabilitas.
Apakah Ifan mampu membawa PFN ke arah yang lebih baik atau justru menghadapi kesulitan dalam menavigasi kompleksitas industri film? Berikan pendapat Anda di kolom komentar.
(*)