Sanaa - Bandara Internasional Sana’a di Yaman menjadi saksi kehancuran yang mengejutkan ketika serangan udara Israel menghantam satu-satunya pesawat komersial Yemenia Airways yang tersisa. Airbus A320-233 dengan registrasi 7O-AFF itu hancur total hanya beberapa jam sebelum mengangkut 800 jemaah haji menuju Tanah Suci.
Serangan itu terjadi pada 28 Mei 2025 sebagai tanggapan atas peluncuran dua rudal balistik oleh kelompok Houthi sehari sebelumnya. Meski rudal berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Israel, Tel Aviv memutuskan untuk membalas dengan menghantam infrastruktur penting di ibu kota Yaman. Namun, serangan ini memunculkan pertanyaan besar tentang target yang dipilih.
“Pesawat ini hanya membawa jemaah haji. Ini bukan target militer. Israel telah menyerang hak kami untuk beribadah,” tegas Yahya Saree, juru bicara militer Houthi, dalam pernyataan resmi. Ia menuduh Israel melanggar hukum internasional dengan menghancurkan fasilitas sipil yang sama sekali tidak berkaitan dengan konflik.
Selain juru bicara Houthi, Direktur Bandara Internasional Sana’a, Khaled Al-Shami, juga angkat bicara. “Landasan pacu kami rusak parah, pesawat hancur, dan seluruh jadwal penerbangan sipil lumpuh. Kami tidak tahu kapan bandara bisa beroperasi normal lagi,” ujarnya. Menurut Al-Shami, sekitar 800 calon jemaah haji kini terpaksa menunggu tanpa kepastian, sebagian besar sudah menunggu bertahun-tahun untuk mendapat kesempatan berhaji.
Sementara itu, juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Jonathan Conricus, membela serangan tersebut. “Kami menargetkan jalur logistik dan infrastruktur yang digunakan oleh Houthi untuk melancarkan serangan ke Israel. Kami tidak berniat menyerang warga sipil, tetapi kami juga tidak akan membiarkan ancaman rudal balistik berlanjut,” jelasnya.
Dampak sosial dari serangan ini sangat besar. Bukan hanya kehilangan fasilitas, tetapi juga hilangnya kesempatan spiritual yang sangat dinantikan warga Yaman. Banyak keluarga kini harus menerima kenyataan pahit: gagal berangkat haji akibat konflik yang mereka sendiri tak punya kuasa untuk hentikan.
Serangan Israel ke Bandara Sana’a menambah panjang daftar serangan yang menyeret warga sipil di tengah konflik regional. Dunia internasional pun mulai menyoroti, mempertanyakan batasan moral dan legal dari aksi-aksi militer yang berdampak pada masyarakat tak berdosa.
(*)