• 14 Jul, 2025

Jusuf Hamka Sindir Fenomena Flexing: Kaya Beneran atau Cuma Pamer?

Jusuf Hamka Sindir Fenomena Flexing: Kaya Beneran atau Cuma Pamer?

Jusuf Hamka kritik fenomena flexing: kaya beneran atau sekadar pamer? Simak dampak sosial dan realitas di balik tren ini!

Fenomena flexing atau kebiasaan memamerkan kekayaan di media sosial semakin marak. Dari deretan mobil mewah hingga gaya hidup serba glamor, banyak orang berlomba-lomba menunjukkan kemewahan mereka kepada publik. Namun, di balik tren ini, muncul pertanyaan: apakah semua yang dipamerkan benar adanya, atau sekadar ilusi demi pengakuan sosial?

Apa Itu Flexing?

Flexing adalah perilaku atau tindakan seseorang dalam menunjukkan atau memamerkan harta, pencapaian, atau gaya hidup mewah dengan tujuan mendapatkan pengakuan sosial atau meningkatkan citra diri di hadapan orang lain. 

Istilah ini populer di era media sosial, di mana individu dapat dengan mudah mengunggah foto, video, atau konten yang menampilkan kemewahan mereka. 

Flexing tidak selalu mencerminkan kekayaan yang sesungguhnya; dalam banyak kasus, tindakan ini dilakukan untuk membangun persepsi sukses, meskipun realitasnya berbeda.

Flexing bisa dibedakan menjadi beberapa bentuk:

  1. Flexing Otentik – Ketika seseorang benar-benar memiliki aset atau pencapaian yang mereka tunjukkan, tanpa ada unsur manipulasi atau kebohongan.
  2. Flexing Palsu – Saat seseorang memalsukan atau melebih-lebihkan kekayaan dan pencapaian mereka, misalnya dengan menyewa barang mewah untuk dipamerkan seolah-olah milik pribadi.
  3. Flexing Motivasi – Sebagian orang menggunakan flexing untuk memberi inspirasi kepada orang lain, dengan harapan dapat memotivasi mereka agar lebih giat bekerja demi meraih kesuksesan.

Pandangan Jusuf Hamka tentang Flexing

Pengusaha sukses Jusuf Hamka menyoroti fenomena ini dengan nada kritis. Ia menegaskan bahwa flexing hanya membuat seseorang terlihat kaya, bukan kaya sesungguhnya. 

“Mau jadi orang kaya beneran atau cuma kelihatan kaya?” ujar Jusuf Hamka. 

Menurutnya, menjadi kaya sejati membutuhkan usaha besar untuk mempertahankan dan mengembangkan aset yang dimiliki, sedangkan terlihat kaya bisa dicapai dengan cara instan, misalnya dengan meminjam barang mewah untuk dipamerkan di media sosial.

Jusuf Hamka menambahkan bahwa uang seharusnya tidak digunakan sebagai alat untuk menyombongkan diri. “Kalau punya uang, jangan sombong. 

Kalau tidak punya uang, jangan bohong. Kalau tidak punya uang, jangan mencuri,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan prinsip hidup yang berorientasi pada kerja keras dan kejujuran, bukan sekadar pencitraan di dunia maya.

Flexing dan Dampak Sosialnya

Fenomena flexing bukanlah hal baru. Dengan kemudahan akses media sosial, siapa pun dapat menciptakan citra seolah-olah mereka memiliki kehidupan yang mewah, meskipun kenyataannya berbanding terbalik. 

Beberapa kasus bahkan menunjukkan bahwa flexing bisa menjadi bumerang. Tidak sedikit individu yang terjerat utang demi mempertahankan citra kaya atau bahkan berurusan dengan hukum karena aset yang dipamerkan berasal dari hasil yang tidak sah.

Tren ini juga mendapat perhatian dari pakar psikologi yang menyebutkan bahwa flexing sering kali berakar pada kebutuhan psikologis untuk mendapatkan validasi sosial. 

Rasa ingin diakui dan dianggap sukses mendorong seseorang untuk menampilkan versi terbaik dari diri mereka, bahkan jika itu hanya ilusi semata. Namun, apakah kepuasan sesaat dari pengakuan orang lain sebanding dengan risiko finansial dan sosial yang ditimbulkan?

Jusuf Hamka mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola kekayaan dan menjauh dari mentalitas flexing. Ia menekankan bahwa kesuksesan sejati bukanlah tentang seberapa banyak yang bisa dipamerkan, melainkan seberapa besar dampak positif yang bisa diberikan kepada sesama. 

“Lebih baik jadi orang yang benar-benar kaya, yang bisa membantu banyak orang, daripada sekadar pamer untuk mendapat pujian,” pesannya.

Di era digital yang penuh dengan ilusi ini, penting bagi kita untuk kembali pada esensi sejati dari kesuksesan. Alih-alih sibuk membangun citra yang semu, lebih baik fokus pada pencapaian nyata yang membawa manfaat jangka panjang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

(*)

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.