KTM PHK Ribuan Karyawan, Rugi Triliunan Rupiah Akibat Krisis Finansial 2024

Jakarta - Ribuan karyawan pabrikan motor KTM harus menghadapi kenyataan pahit di tahun 2024, saat perusahaan asal Austria ini dilanda krisis finansial parah yang memaksa pemutusan hubungan kerja massal dan menghentikan sebagian besar pengembangan produknya. Permohonan kebangkrutan yang diajukan KTM AG ke pengadilan menjadi sinyal bahwa tekanan ekonomi yang dialaminya sudah mencapai titik genting.

Total utang yang tercatat mencapai hampir €3 miliar atau sekitar Rp51 triliun, tersebar ke lebih dari 180 bank dan 1.630 kreditur lain. Menurut pernyataan manajemen, kreditur tersebut tak hanya datang dari institusi besar, tetapi juga dari pelaku usaha kecil yang selama ini memasok kebutuhan operasional seperti toko roti dan penyedia kopi. Ketergantungan pada banyak mitra inilah yang memperlihatkan luasnya dampak kejatuhan KTM di luar industri otomotif itu sendiri.

Dalam proses reorganisasi yang kini diawasi pengadilan, KTM memutuskan untuk memangkas jumlah tenaga kerja secara drastis. Sebanyak 250 karyawan telah diberhentikan, dan 500 lainnya akan segera menyusul. Langkah ini mencakup seluruh unit bisnis, dari divisi produksi hingga riset dan pengembangan. Setelah mem-PHK 250 karyawan, KTM bersiap merumahkan 500 pekerjanya, ujar juru bicara perusahaan dalam pernyataan resmi.

Krisis ini diperparah oleh kondisi pasar global yang lesu. Penjualan KTM dilaporkan turun sekitar 15 persen pada tahun 2024, sementara kelebihan stok mencapai 130.000 unit sepeda motor yang tidak terserap pasar. Akibatnya, cash flow terganggu dan beban logistik meningkat tajam. Untuk menekan biaya, produksi sebagian dipindahkan ke India dan Tiongkok, sebagai langkah efisiensi operasional.

Dampak juga menjalar ke dunia balap motor. KTM, meskipun masih berkomitmen mengikuti MotoGP hingga 2026, memutuskan untuk membekukan pengembangan motor RC16 untuk musim 2025. Bahkan proyek motor untuk musim 2027 dihentikan total. KTM congela el desarrollo en MotoGP, bunyi pernyataan yang dikutip dari sumber internal tim balap, yang menandai langkah mundur serius dalam kompetisi tingkat dunia.

Meski diterpa badai ekonomi, perusahaan induk KTM, Pierer Mobility AG, diberi waktu 90 hari untuk menyusun rencana penyelamatan melalui skema restrukturisasi hukum. Proses ini mencakup renegosiasi utang, penyesuaian skala produksi, serta efisiensi lini usaha non-prioritas. Keberhasilan rencana ini akan menjadi penentu apakah KTM mampu bangkit atau terjerembap lebih dalam dalam krisis jangka panjang.

Kisah kejatuhan KTM menjadi pelajaran penting tentang rapuhnya fondasi industri besar jika tidak dibarengi dengan antisipasi terhadap dinamika pasar global. Di tengah persaingan ketat, kelebihan produksi, dan fluktuasi permintaan, hanya perusahaan yang adaptif dan disiplin finansial tinggi yang mampu bertahan. Kini, publik dan pengamat otomotif menunggu: apakah KTM bisa bertahan dan bertransformasi, atau justru menjadi catatan kelam dalam sejarah industri sepeda motor dunia.

***