Jakarta - Sosok Nabi Zulkifli AS kembali mencuat dan ramai diperbincangkan di media sosial. Di tengah hiruk-pikuk jagad maya yang kerap dipenuhi perdebatan dan emosi, kisah nabi yang dikenal sebagai pemimpin yang sabar, adil, dan tidak pernah marah ini justru menjadi oase. Banyak pengguna internet membagikan potongan kisahnya, menyandingkan keteladanannya dengan krisis kepemimpinan yang melanda dunia.
Dalam sejarah Islam, Nabi Zulkifli dikenal sebagai seorang nabi sekaligus raja. Namun, keistimewaannya bukan semata karena kedudukan, melainkan pada sifatnya yang amat langka: tidak mudah marah, tidak lalai, dan selalu menepati janji. “Ia tidak pernah marah dan tidak pernah lalai,” sebagaimana dikutip dari salah satu riwayat klasik.
Nama Zulkifli disebutkan dalam Al-Qur’an, di antaranya dalam Surah Sad ayat 48: “Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang paling baik.” Ayat ini menegaskan bahwa beliau termasuk di antara hamba-hamba terpilih yang memiliki keutamaan akhlak dan keteguhan iman.
Dalam kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Katsir, disebutkan bahwa seorang raja pada masa lalu mengumumkan akan menyerahkan tahtanya kepada siapa pun yang sanggup berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan mampu menahan amarah. Dari sekian banyak yang mencoba, hanya satu yang benar-benar sanggup memenuhi ketiga syarat tersebut: dialah Zulkifli. Sejak saat itu, ia diangkat menjadi raja dan terus dikenang sebagai pemimpin yang tidak pernah melanggar janjinya.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kualitas sejati seorang pemimpin tidak hanya dinilai dari kecerdasannya, tetapi juga dari akhlaknya. Di masa ketika emosi sering kali mengalahkan logika dalam kepemimpinan, Zulkifli AS justru dikenang karena kemampuannya mengendalikan diri.
Fenomena kembalinya perhatian terhadap sosok Nabi Zulkifli AS mencerminkan kegelisahan masyarakat terhadap rendahnya standar moral sebagian pemimpin masa kini. Banyak warganet menilai bahwa dunia tengah kekurangan figur pemimpin yang sabar, jujur, dan rendah hati. Sebagian bahkan menyebut bahwa umat manusia “butuh Zulkifli” — bukan sebagai tokoh ideal semata, tetapi sebagai panutan nyata dalam bertindak dan mengambil keputusan.
Meskipun informasi tentang Nabi Zulkifli AS relatif singkat dibandingkan nabi-nabi besar lainnya, nilai-nilai yang diwariskannya sangat relevan. Ia menjadi simbol pemimpin sejati: tidak mencolok, namun konsisten dan tangguh dalam menjaga prinsip.
Dalam situasi sosial-politik yang penuh gejolak seperti sekarang, kisah Zulkifli AS seolah datang kembali sebagai pengingat bahwa kesabaran bukan kelemahan, melainkan kekuatan tertinggi dalam memimpin. Di dunia yang semakin gaduh, bisa jadi yang paling dibutuhkan adalah suara yang tenang — seperti Zulkifli. *