• 12 Jul, 2025

Nissan Segera PHK Massal 20.000 Karyawan di Seluruh Dunia, Penyebab dan Dampaknya

Nissan Segera PHK Massal 20.000 Karyawan di Seluruh Dunia, Penyebab dan Dampaknya

Nissan akan mem-PHK 20.000 karyawan di seluruh dunia akibat kerugian besar dan penurunan penjualan. Simak penyebab, dampak, dan strategi pemulihannya.

Bekasi, Jawa Barat - Nissan Motor Co., Ltd. mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 20.000 karyawan secara global. Jumlah ini setara dengan 15% dari total tenaga kerja Nissan yang mencapai sekitar 130.000 orang di seluruh dunia. Langkah ini merupakan bagian dari program restrukturisasi besar-besaran yang bertujuan menekan kerugian dan mengembalikan perusahaan ke jalur profitabilitas.

Kerugian finansial menjadi salah satu penyebab utama PHK massal ini. Nissan mencatat kerugian bersih sebesar 670,9 miliar yen (sekitar 4,5 miliar dolar AS) untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025. Ini merupakan kerugian terbesar sejak krisis keuangan 1999-2000. Selain itu, penurunan penjualan di pasar utama seperti Amerika Serikat dan China semakin memperburuk kondisi perusahaan. Di Amerika Serikat, tantangan datang dari kurangnya produk mobil hibrida dan jajaran produk yang menua.

Upaya merger dengan Honda yang diumumkan pada Desember 2024 juga gagal pada Februari 2025, menambah tekanan finansial Nissan. Selain itu, pengenaan tarif impor oleh pemerintah Amerika Serikat diperkirakan akan menambah biaya sebesar 450 miliar yen atau sekitar 3 miliar dolar AS pada tahun 2025. Hal ini memperparah kondisi keuangan Nissan yang tengah berjuang.

Sebagai bagian dari restrukturisasi, Nissan juga berencana menutup tujuh dari 17 pabrik kendaraan. Kapasitas produksi global akan dikurangi dari 3,3 juta unit menjadi 2,5 juta unit pada tahun 2027. Program ini, yang dikenal dengan sebutan “Re:Nissan,” menargetkan penghematan sekitar 500 miliar yen (sekitar 3,4 miliar dolar AS) hingga tahun fiskal 2026. PHK, penutupan pabrik, dan pembatalan proyek pembangunan pabrik baterai di Jepang menjadi bagian dari upaya pengurangan biaya tetap sebesar 250 miliar yen.

Nissan juga akan mempercepat fokus pada kendaraan listrik dengan rencana peluncuran model baru, seperti Nissan Leaf terbaru pada Juni 2026. Di tengah restrukturisasi, perusahaan sedang menjajaki kemitraan baru dengan Mitsubishi dan Dongfeng, serta mencari investor utama setelah hubungan dengan Renault mulai berkurang.

CEO Nissan, Ivan Espinosa, menyatakan bahwa langkah ini merupakan upaya penting untuk menghadapi tantangan industri otomotif global yang semakin kompetitif. “Kami harus melakukan perubahan besar dan cepat agar dapat kembali ke jalur pertumbuhan,” ujarnya.

Meski PHK massal ini menyakitkan bagi banyak pihak, hal ini menjadi cermin dari realitas bisnis yang menuntut Nissan untuk beradaptasi dengan cepat dan bertransformasi. Keberhasilan restrukturisasi ini sangat bergantung pada kemampuan Nissan mengatasi tantangan finansial dan persaingan ketat di pasar kendaraan listrik yang terus berkembang.

Dengan demikian, langkah besar Nissan ini bukan sekadar pengurangan tenaga kerja, tetapi juga strategi bertahan hidup di tengah tekanan ekonomi dan perubahan industri otomotif global yang dinamis.

(*)

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.