Kota Vatikan – Paus Fransiskus, pemimpin spiritual Gereja Katolik sedunia, wafat dalam damai pada Senin Paskah, 21 April 2025, pukul 07:35 waktu Roma. Beliau menghembuskan napas terakhir di kediamannya yang sederhana, Domus Sanctae Marthae, setelah 38 hari menjalani perawatan akibat pneumonia ganda. Kabar duka ini disampaikan secara resmi oleh Kardinal Kevin Farrell melalui Vatican Media, yang menyentuh hati umat Katolik dan dunia internasional.
Wafatnya Paus Fransiskus bukan sekadar kehilangan seorang tokoh agama. Ia adalah simbol pembaruan, keberanian moral, dan kesederhanaan di tengah hiruk-pikuk dunia yang penuh kompleksitas. Di balik figur populernya, tersimpan berbagai sisi menarik yang jarang diketahui publik. Berikut tujuh fakta tentang Paus Fransiskus yang baru terungkap atau luput dari perhatian banyak orang:
Wafat di Hari Paskah: Simbol Spiritualitas
Paus Fransiskus meninggal dunia tepat sehari setelah memberikan berkat Paskah “Urbi et Orbi.” Bagi banyak umat, wafatnya di momen suci tersebut bukan kebetulan. Paskah adalah perayaan kebangkitan, dan kematiannya pada masa itu menimbulkan tafsir spiritual mendalam—seolah ia “pulang” setelah menyampaikan pesan damai terakhirnya kepada dunia.
Menolak Kemewahan Sejak Hari Pertama sebagai Paus
Dari awal pontifikalnya, Fransiskus sudah mengejutkan Vatikan. Ia menolak tinggal di Istana Apostolik dan lebih memilih Domus Sanctae Marthae sebagai tempat tinggal. Ia juga menolak menggunakan mobil mewah Paus, dan lebih sering terlihat dengan kendaraan sederhana. Gaya hidupnya merefleksikan satu hal: kepemimpinan yang berpihak pada kesederhanaan dan kerakyatan.
Pernah Hampir Wafat
Tak banyak yang tahu bahwa Paus Fransiskus pernah kehilangan satu paru-parunya akibat infeksi saat masih muda di Argentina. Kondisi ini membuatnya rentan terhadap penyakit pernapasan, seperti yang akhirnya merenggut nyawanya. Namun, kondisi tersebut tidak pernah menghalanginya dalam menjalankan tugas berat sebagai pemimpin Gereja.
Paus Pertama dari Amerika Latin dan Jesuit
Jorge Mario Bergoglio adalah Paus pertama dari Amerika Latin—Argentina, tepatnya—dan juga Paus pertama dari Ordo Jesuit. Dua hal ini mengubah dinamika Gereja Katolik secara global. Ia membawa perspektif global selatan ke pusat Vatikan dan memperkenalkan prinsip Jesuit: pelayanan, intelektualitas, dan keberpihakan pada kaum tertindas.
Isu Sosial
Paus Fransiskus adalah tokoh agama pertama di Vatikan yang secara terbuka mendukung aksi melawan perubahan iklim, perlindungan terhadap pengungsi, dan hak komunitas LGBTQ+. Pernyataannya yang ikonik, "Siapakah aku untuk menghakimi?" menjadi simbol terbukanya Gereja terhadap mereka yang selama ini merasa dikucilkan.
Pemakaman
Dalam surat wasiat spiritualnya, Paus Fransiskus meminta agar upacara pemakamannya dilakukan secara sederhana, tanpa kemewahan, dan jika memungkinkan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore—tempat yang sering ia kunjungi untuk berdoa sebelum melakukan perjalanan ke luar negeri. Permintaan ini menegaskan kembali siapa dirinya: seorang pelayan, bukan penguasa.
Siapa Penggantinya?
Dengan wafatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik menghadapi babak baru. Konklaf untuk memilih pengganti diperkirakan akan dimulai pada 6 Mei 2025. Pertanyaan pun muncul: akankah pengganti Fransiskus melanjutkan semangat reformasi dan inklusivitas, atau kembali ke arus konservatif?
Lebih dari sekadar pemimpin agama, Paus Fransiskus telah menjadi suara moral dunia. Dalam tiap kata dan tindakannya, ia menyampaikan pesan kasih, persaudaraan, dan keberanian menghadapi tantangan zaman. Kini ia telah tiada, tetapi warisannya akan terus hidup dalam hati jutaan umat dan dalam arah Gereja yang ia bentuk selama lebih dari satu dekade.
(*)
