• 12 Jul, 2025

PHK Massal 2024–2025: Ribuan Pekerja Terdampak di Berbagai Industri Indonesia

PHK Massal 2024–2025: Ribuan Pekerja Terdampak di Berbagai Industri Indonesia

Rangkuman PHK massal 2024–2025 di Indonesia, dari industri tekstil, elektronik, hingga startup. Ribuan pekerja kehilangan pekerjaan akibat tekanan global.

Tangerang, Banten - Indonesia tengah menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang mengguncang berbagai sektor industri sejak 2024 hingga memasuki 2025. Fenomena ini tidak hanya menjadi alarm bagi ketahanan industri nasional, tetapi juga memperlihatkan kerentanan para pekerja di tengah tekanan global dan dinamika ekonomi yang terus berubah. Dalam tempo kurang dari dua tahun, ribuan pekerja dari sektor manufaktur, ritel, hingga teknologi harus angkat kaki dari tempat kerja mereka.

Kasus paling mencolok terjadi pada PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), raksasa tekstil asal Solo yang resmi dinyatakan pailit dan menutup operasionalnya pada 1 Maret 2025. Dampaknya sangat besar: sekitar 10.665 karyawan terpaksa kehilangan pekerjaan. Keputusan ini menyusul vonis pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang, yang mengindikasikan kondisi keuangan perusahaan sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

Sementara itu, sektor elektronik juga terdampak hebat. PT Sanken Indonesia mengumumkan akan menutup pabriknya pada Juni 2025, menyusul langkah serupa dari PT Yamaha Music Product Asia dan PT Yamaha Indonesia. Kedua perusahaan ini akan menghentikan operasi secara bertahap, mem-PHK sekitar 1.100 karyawan. Adapun keputusan ini diambil untuk memusatkan produksi di Jepang dan Cina.

Tak hanya itu, PT Asia Pacific Fibers Tbk juga mengambil keputusan drastis dengan menutup sementara pabriknya di Karawang sejak 1 November 2024. Sekitar 2.500 pekerja terdampak akibat kebijakan ini. Lonjakan impor dan persoalan arus kas disebut sebagai penyebab utama. Di sektor alas kaki, PT Sepatu Bata Tbk menutup pabrik di Purwakarta pada 30 April 2024 karena merugi selama empat tahun berturut-turut. Sebanyak 233 karyawan menjadi korban.

Fakta lain yang cukup menyayat muncul dari sektor industri alat musik. PT Tokai Kagu dan PT Hung-A Indonesia juga memutuskan untuk menghentikan operasi di Bekasi dan Cikarang, menyebabkan lebih dari 1.600 pekerja kehilangan mata pencaharian.

Industri tekstil, secara umum, mengalami penurunan paling drastis. Menurut data Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), hingga 9 Juni 2024, delapan perusahaan tekstil di Semarang, Bandung, dan Magelang telah melakukan PHK terhadap total 13.800 pekerja. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk PT Sae Aparel, PT Sinar Panca Jaya, PT Bitratex, hingga PT Dupantex.

Tak kalah mengkhawatirkan, sektor ritel dan makanan cepat saji pun terimbas. PT Fast Food Indonesia Tbk, pemilik waralaba KFC di Indonesia, telah menutup 47 gerai hingga September 2024. “Proses PHK ini berdampak pada 2.274 karyawan dan dilakukan tanpa konsultasi dengan serikat pekerja,” ungkap laporan dari Radar TV.

Dari sisi teknologi, dua nama besar ikut melakukan efisiensi. Setelah TikTok mengakuisisi 75% saham Tokopedia, sekitar 450 karyawan terdampak PHK dalam proses restrukturisasi yang dimulai sejak Juni 2024. Sementara itu, eFishery—startup di bidang akuakultur—mengumumkan PHK terhadap 100 karyawan pada Januari 2025 dan 300 karyawan tambahan sebulan setelahnya, menyusul isu dugaan manipulasi laporan keuangan oleh mantan CEO.

Gelombang PHK ini menyiratkan tantangan struktural yang lebih besar. Bukan sekadar tentang efisiensi, tetapi juga tentang kebutuhan untuk menata ulang strategi industri dan ketenagakerjaan nasional. Pemerintah dan para pemangku kepentingan harus segera turun tangan untuk memitigasi dampak sosial dan ekonomi dari fenomena ini, agar tidak berubah menjadi krisis ketenagakerjaan yang lebih dalam. 

Gelombang PHK Massal 2024–2025: Industri Berguguran di Tengah Tekanan Global

🏭 Industri Manufaktur & Elektronik

  1. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex): Perusahaan tekstil ini resmi tutup pada 1 Maret 2025 setelah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang, mengakibatkan PHK terhadap sekitar 10.665 karyawan.

  2. PT Yamaha Music Product Asia & PT Yamaha Indonesia: Kedua pabrik ini akan menutup operasionalnya secara bertahap pada 2025, berdampak pada sekitar 1.100 karyawan. Produksi akan dialihkan ke pabrik di Cina dan Jepang.

  3. PT Sanken Indonesia: Perusahaan ini akan menutup operasionalnya pada Juni 2025, menyebabkan PHK terhadap sekitar 900 karyawan. Penutupan disebabkan oleh pergeseran fokus bisnis induk perusahaan ke sektor semikonduktor.

  4. PT Asia Pacific Fibers Tbk: Menutup sementara pabriknya di Karawang pada 1 November 2024, berdampak pada PHK sekitar 2.500 karyawan. Penutupan disebabkan oleh lonjakan impor dan masalah arus kas yang berkepanjangan.

  5. PT Sepatu Bata Tbk: Menutup pabriknya di Purwakarta pada 30 April 2024, menyebabkan PHK terhadap 233 karyawan. Penutupan disebabkan oleh kerugian berulang selama empat tahun terakhir dan menurunnya permintaan.

  6. PT Hung-A Indonesia: Perusahaan asal Korea Selatan ini menutup pabriknya di Cikarang pada 1 Februari 2024, mengakibatkan PHK terhadap 1.500 karyawan akibat menurunnya pesanan dan ketidakpastian pasar.

  7. PT Tokai Kagu: Produsen alat musik ini akan menutup pabriknya di Kabupaten Bekasi pada Maret 2025, berdampak pada PHK terhadap 195 karyawan. Penutupan disebabkan oleh menurunnya daya saing dan perintah dari perusahaan induk di Jepang.

🧵 Industri Tekstil & Garmen

Menurut data Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), hingga 9 Juni 2024, sebanyak 13.800 pekerja di industri tekstil telah kehilangan pekerjaan akibat PHK massal di delapan perusahaan, termasuk:

  1. PT Sae Aparel Kota Semarang (PHK sekitar 8.000 pekerja)

  2. PT Sinar Panca Jaya Semarang (PHK sekitar 2.000 pekerja)

  3. PT Pulomas Bandung (PHK sekitar 100 pekerja)

  4. PT Alenatex Bandung (PHK sekitar 700 pekerja)

  5. PT Kusuma Grup (PHK sekitar 1.600 pekerja)

  6. PT Bitratex Semarang (PHK sekitar 400 pekerja)

  7. PT Johartex Magelang (PHK sekitar 300 pekerja)

  8. PT Dupantex Semarang (PHK sekitar 700 pekerja)

🍗 Ritel & Makanan Cepat Saji

KFC Indonesia (PT Fast Food Indonesia Tbk): Hingga September 2024, KFC telah menutup 47 gerai, menyebabkan PHK terhadap 2.274 karyawan. Proses PHK ini mendapat kritik karena dinilai dilakukan tanpa konsultasi dengan pihak serikat pekerja.

💻 Startup & Teknologi

  1. Tokopedia-TikTok Shop: Setelah akuisisi 75% saham Tokopedia oleh ByteDance pada awal 2024, perusahaan mengumumkan restrukturisasi yang mencakup PHK terhadap 450 karyawan secara bertahap sejak Juni 2024.

  2. eFishery: Pada Januari 2025, perusahaan ini melakukan PHK terhadap 100 karyawan, disusul dengan PHK terhadap 300 karyawan pada Februari 2025. PHK ini terjadi di tengah penyelidikan dugaan manipulasi data keuangan oleh mantan CEO perusahaan. ***

Redaksi MGN

Redaksi MGN

Redaksi Grahanusantara.ID (Media Graha Nusantara [MGN]) adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.