Jakarta – Tokoh Islam Liberal Indonesia, Ulil Abshar Abdalla, menyampaikan pendapat tegas terkait serangan Iran ke Israel, yang menjadi salah satu eskalasi paling mencolok dalam konflik Timur Tengah belakangan ini. Dalam pernyataannya, Ulil menilai bahwa tindakan Iran mendapat dukungan luas, baik dari umat Islam maupun publik global, dan merupakan bentuk balasan terhadap kejahatan yang telah lama dilakukan oleh Israel di Gaza.
"Hampir seluruh umat Islam sedunia mendukung serangan balasan tersebut," ujar Ulil, menekankan bahwa respons Iran bukanlah agresi sepihak, melainkan reaksi terhadap serangkaian pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel.
Pembalasan Iran dan Realitas di Gaza
Dalam pandangannya, Ulil juga menanggapi kritik terhadap serangan Iran yang mengenai sejumlah sasaran sipil, termasuk rumah sakit. Ia membandingkan insiden tersebut dengan kerusakan masif yang dilakukan Israel di wilayah Gaza.
“Saat serangan Iran mengenai rumah sakit, selama ini Israel telah menghancurkan puluhan rumah di Gaza,” tegasnya.
Pernyataan ini menyoroti ketimpangan dalam narasi media internasional, yang menurutnya cenderung bias terhadap pihak Barat dan Israel. Ulil menganggap bahwa serangan Iran seharusnya dilihat dalam konteks yang lebih luas: sebuah pembalasan terhadap tindakan militer yang telah menghancurkan banyak kehidupan sipil di Palestina.
Dukungan Global terhadap Iran
Ulil bahkan menyatakan bahwa dukungan terhadap Iran tidak hanya datang dari umat Islam, melainkan juga masyarakat dunia yang semakin sadar akan dinamika konflik yang sebenarnya.
“Bahkan saya percaya 90% penduduk bumi mendukung Iran,” katanya.
Ia menyoroti bahwa sebagian publik dunia telah jenuh terhadap narasi yang selalu menggambarkan Israel sebagai korban, sementara mengabaikan konteks kolonialisme dan penjajahan yang terjadi terhadap rakyat Palestina.
Propaganda Barat dan Pelanggaran Internasional
Menanggapi tuduhan bahwa Iran melanggar konvensi internasional melalui serangan ini, Ulil justru mengajak publik untuk melihat secara jernih siapa sebenarnya yang sering melanggar hukum internasional.
“Beberapa serangan Iran dianggap melanggar konvensi internasional, kini publik sudah pintar tidak bisa termakan oleh propaganda Barat yang luar biasa masif. Justru Israel dan Barat yang sering kali melanggar piagam dan konvensi PBB,” ujarnya.
Ulil menggarisbawahi bahwa narasi media arus utama, khususnya yang berasal dari negara-negara Barat, telah membentuk opini global yang tidak seimbang dan cenderung menyudutkan negara-negara Timur Tengah, khususnya Iran.
Genosida di Gaza dan Keterlibatan AS
Lebih lanjut, Ulil menyoroti akar persoalan dalam konflik ini, yaitu kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Ia menilai bahwa Israel tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab atas tragedi genosida yang telah berlangsung lama, dan hal ini diperparah oleh dukungan dari Amerika Serikat.
“Kelemahan terbesar Israel adalah kejahatan genosida terhadap Gaza. Semua kejahatan yang mereka lakukan tidak lepas dari dukungan AS,” ungkap Ulil.
Pernyataan ini menegaskan posisi Ulil yang menilai bahwa konflik ini bukan sekadar soal militer, tetapi juga persoalan moral dan kemanusiaan yang lebih luas.
Dukungan Personal dan Ketakutan Negara-Negara Arab
Dalam konteks geopolitik, Ulil juga menekankan bahwa dukungan terhadap Iran tidak selalu datang dari pemerintah resmi, tetapi lebih kepada ekspresi solidaritas personal dari umat Islam di berbagai penjuru dunia. Ia bahkan menyindir negara-negara Arab yang justru memilih menentang eskalasi Iran demi menyelamatkan posisi politik mereka.
“Dukungan yang dimaksud bukan atas nama negara/politik melainkan personal umat Islam. Ulil juga mengklaim negara-negara Arab yang menolak eskalasi bahkan jadi sekutu Zionis Israel dan AS, sejatinya takut negara mereka hancur seperti Gaza,” kata Ulil.
Siapa Ulil Abshar Abdalla?
Ulil Abshar Abdalla adalah tokoh terkemuka dalam wacana Islam Liberal di Indonesia. Ia saat ini menjabat sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU untuk periode 2022–2027. Ia dikenal luas sebagai pendiri dan mantan koordinator Jaringan Islam Liberal, dan berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama yang berpengaruh.
(*)