Jakarta - Dari algoritma kepo hingga jejak digital yang bisa jadi bumerang dalam hubungan - Bagi pengguna aktif TikTok, jejak digital tidak hanya tersimpan dalam bentuk komentar atau video yang disukai. Ada satu fitur yang tak banyak disadari, namun memegang peran besar dalam membentuk pengalaman pengguna—dan kadang jadi sumber masalah pribadi: riwayat tonton.
TikTok, seperti banyak platform media sosial lainnya, secara otomatis merekam setiap video yang pernah Anda saksikan. Jejak ini menjadi bahan utama bagi algoritma untuk menyesuaikan konten yang ditampilkan di halaman For You Page (FYP). Namun, tidak semua pengguna merasa nyaman dengan keberadaan jejak ini. Selain alasan privasi atau ingin “reset” konten, ada juga yang punya alasan lebih personal—takut ketahuan selingkuh.
Ya, meski terdengar dramatis, alasan ini nyata. Beberapa pengguna mengaku cemas pasangannya melihat riwayat tontonan yang memuat video-video tertentu—baik karena isinya sensual, komentar menggoda, atau interaksi dengan akun yang tidak semestinya. Karena TikTok menyimpan riwayat tontonan hingga 30 hari, kemungkinan ini menjadi mimpi buruk bagi mereka yang menyimpan rahasia dalam hubungan.
Sejak pertengahan tahun 2022, TikTok mulai mengembangkan fitur Watch History yang memungkinkan pengguna menelusuri kembali video-video yang telah mereka lihat. Fitur ini terus disempurnakan, dan pada 2025, sebagian besar pengguna global telah mendapatkan akses penuh terhadapnya.
Untuk mengakses riwayat tontonan ini, pengguna cukup masuk ke aplikasi TikTok, mengetuk ikon profil di kanan bawah, lalu membuka menu pengaturan dengan menekan tiga garis di pojok kanan atas. Setelah itu, pilih “Pengaturan dan Privasi”, lanjutkan ke menu “Aktivitas Aplikasi”, dan klik “Riwayat Tontonan (Watch History)”. Di sinilah jejak digital Anda tersaji, dari yang sekadar hiburan hingga yang berpotensi mengusik ketenangan rumah tangga.
Namun bagaimana jika ingin menghapusnya?
TikTok menyediakan opsi sederhana namun efektif. Di laman Watch History, pengguna akan menemukan ikon tempat sampah kecil yang menjadi pintu menuju penghapusan total. Cukup tekan ikon tersebut, pilih opsi “Hapus Semua Riwayat Tontonan (Clear All Watch History)”, dan konfirmasi. Maka dalam hitungan detik, jejak tontonan Anda akan lenyap, dan mungkin juga rasa panik Anda.
Langkah ini berdampak langsung pada algoritma TikTok. Dengan riwayat yang bersih, sistem akan menyesuaikan ulang konten di FYP. Beberapa pengguna bahkan menjadikan fitur ini sebagai semacam “detoks algoritma”—untuk menyegarkan kembali minat dan menghindari terjebak dalam satu jenis konten.
Selain fitur penghapusan langsung, TikTok juga memberi ruang bagi pengguna yang lebih peduli soal privasi. Dalam menu “Privasi → Personalisasi dan Data”, pengguna dapat menonaktifkan opsi “Gunakan data tontonan untuk personalisasi konten”. Artinya, walaupun Anda tetap menonton video, TikTok tidak akan menggunakannya untuk menyusun rekomendasi konten.
Namun perlu dicatat, fitur Watch History belum tentu tersedia di semua versi aplikasi. Beberapa pengguna yang belum memperbarui aplikasinya mungkin tidak menemukan opsi ini. Oleh karena itu, memperbarui aplikasi TikTok ke versi terbaru menjadi langkah awal yang penting jika ingin mengelola riwayat tontonan secara lebih kendali.
Meski begitu, TikTok belum menyediakan opsi untuk menghapus video tertentu satu per satu dari riwayat. Fitur ini masih bersifat total (clear all), sehingga jika Anda hanya ingin menghapus satu-dua video yang “bermasalah”—misalnya karena menyangkut mantan atau konten berpotensi mengundang kecurigaan—Anda belum bisa melakukannya secara selektif.
Pada akhirnya, penghapusan riwayat tontonan bukan sekadar tindakan teknis. Ia adalah bentuk kedaulatan digital, bentuk perlindungan atas privasi, dan kadang juga bentuk penyelamatan relasi. Di era algoritma dan konten personal, mengendalikan apa yang terekam adalah kunci untuk tetap waras—dan terkadang, untuk tetap aman dari pertengkaran. ***
