Jakarta - Setiap 22 April, dunia memusatkan perhatian pada planet yang menjadi rumah bersama: Bumi. Hari Bumi Sedunia bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan panggilan nyata untuk bertindak. Tahun ini, tema global yang diangkat adalah “Our Power, Our Planet”—sebuah ajakan universal untuk mempercepat transisi menuju energi terbarukan dan mengatasi krisis iklim yang kian mengancam.
Dengan partisipasi lebih dari 1 miliar orang dari lebih 190 negara, Hari Bumi telah menjadi salah satu gerakan sipil terbesar dalam sejarah umat manusia. Ini bukan perayaan biasa; ini adalah manifestasi kepedulian kolektif yang terus bergema sejak kelahirannya pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Saat itu, sekitar 20 juta orang—10 persen dari populasi AS—turun ke jalan menyerukan perlindungan lingkungan. Inisiatif ini diprakarsai oleh Senator Gaylord Nelson, yang terdorong oleh keresahan atas kerusakan alam, termasuk tragedi tumpahan minyak di Santa Barbara pada tahun 1969.
Dalam catatan sejarah, Hari Bumi tidak bisa dilepaskan dari semangat gerakan mahasiswa anti-perang Vietnam. Nelson melihat bahwa jika gerakan sosial bisa mengubah politik luar negeri, maka semangat yang sama seharusnya mampu menggerakkan agenda lingkungan. Gagasan itu terbukti ampuh: Hari Bumi menjadi momentum yang mendorong pembentukan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) di Amerika Serikat dan pengesahan berbagai undang-undang penting seperti Clean Air Act dan Clean Water Act.
Kini, lebih dari lima dekade sejak peringatan pertama itu, krisis lingkungan tidak berkurang, justru semakin mendesak. Laporan terbaru menunjukkan bahwa sekitar 380 juta ton plastik diproduksi setiap tahun secara global, namun hanya 9 persen yang berhasil didaur ulang. Polusi plastik menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem, memicu kampanye untuk memangkas produksi plastik hingga 60 persen pada tahun 2040.
Dalam menghadapi tantangan ini, Hari Bumi 2025 mengedepankan aksi. Melalui platform earthday.org, masyarakat diajak untuk terlibat secara aktif: menanam pohon, mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, beralih ke transportasi ramah lingkungan, dan mendukung kebijakan lingkungan berkelanjutan.
Sebagaimana dikutip dari situs resmi Earth Day, tema tahun ini tidak hanya soal energi dalam bentuk teknologi atau sumber daya, tetapi juga energi kolektif masyarakat global. “Our Power” mencerminkan kekuatan perubahan yang berada di tangan setiap individu, komunitas, dan bangsa.
Namun, merawat bumi bukanlah tugas satu hari dalam setahun. Ini adalah perjuangan panjang yang menuntut komitmen jangka panjang, dari aksi lokal hingga kebijakan global. Sejarah telah membuktikan bahwa perubahan besar dimulai dari suara-suara kecil yang bersatu dalam satu tujuan. Di tengah tantangan iklim dan kerusakan lingkungan, Hari Bumi menjadi pengingat bahwa kita semua punya bagian dalam menjaga masa depan planet ini. *