Press ESC to close

KUR Paling Dicari: BRI Jadi Rajanya, Mayoritas Debiturnya UMKM dan Sektor Pertanian

Jakarta - Di tengah dinamika ekonomi pasca-pandemi, Kredit Usaha Rakyat (KUR) tetap menjadi andalan pelaku UMKM untuk bertahan dan berkembang. Namun di antara banyak penyalur, satu nama mencuat paling menonjol: Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bukan hanya karena jangkauannya yang luas, tapi juga karena realisasi penyaluran KUR-nya yang konsisten tertinggi dari tahun ke tahun.

Mengawali tahun 2025, BRI mengantongi alokasi plafon KUR fantastis senilai Rp175 triliun. Angka itu setara 60,87 persen dari total plafon nasional, menjadikannya penyalur tunggal terbesar di Indonesia. “BRI menjadi bank penyalur KUR terbesar di tahun 2024 dengan target Rp165 triliun,” tulis laporan Pikiran Rakyat Garut (garut.pikiran-rakyat.com), menunjukkan konsistensi dominasi bank plat merah tersebut.

Posisi BRI diikuti Bank Mandiri dengan alokasi Rp38,5 triliun (13,39%), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) masing-masing Rp17 triliun, serta Bank Jateng dengan Rp7 triliun. Kelima bank ini menguasai hampir seluruh skema KUR yang digulirkan pemerintah.

Bila ditarik ke daerah, data menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat tertinggi dalam penyerapan KUR. Sampai Oktober 2022 saja, total penyalurannya telah mencapai Rp54,98 triliun. Data dari Katadata menjelaskan bahwa Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan juga masuk dalam daftar provinsi dengan penyerapan tinggi. Ini menggambarkan bahwa KUR bukan hanya menyasar pelaku usaha di kota-kota besar, tapi juga merata hingga ke daerah penyangga ekonomi nasional.

Lalu ke mana saja uang itu disalurkan? Lagi-lagi, data berbicara. Lima sektor usaha utama menjadi ladang utama penyaluran KUR, dengan perdagangan besar dan eceran mencatatkan angka tertinggi, yakni Rp172,1 triliun sepanjang 2022. Diikuti sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan sebesar Rp116,9 triliun, industri pengolahan Rp31,4 triliun, jasa sosial budaya Rp25,5 triliun, serta penyediaan akomodasi dan makanan minuman sebesar Rp16,6 triliun.

Dengan narasi itu, KUR tampak bukan sekadar kredit murah dari pemerintah. Ia telah menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Sebuah jalan keluar dari lilitan modal yang selama ini mencekik pelaku UMKM, terutama di sektor informal dan pedesaan.

Sepanjang satu dekade terakhir, dari 2014 hingga akhir 2022, total penyaluran KUR di Indonesia sudah menyentuh angka Rp1.312,59 triliun. BRI lagi-lagi mencatat sejarah dengan menyalurkan Rp899,07 triliun dari jumlah tersebut, seperti tercatat oleh Katadata dalam salah satu laporan statistiknya.

Dalam konteks yang lebih luas, keberhasilan penyaluran KUR ini bukan hanya tentang angka dan data. Ia mencerminkan arah kebijakan pembangunan yang berpihak pada ekonomi kecil dan menengah. Dan di tengah isu-isu ekonomi yang tak kunjung reda, dari inflasi global hingga ketimpangan sosial, KUR menjadi alat negara yang paling nyata menjangkau masyarakat bawah.

Kini, dengan target Rp300 triliun KUR nasional pada 2025, tantangannya bukan hanya soal distribusi, melainkan soal ketepatan sasaran dan dampak jangka panjang. Apakah pelaku UMKM bisa benar-benar naik kelas? Apakah kredit ini bisa menciptakan ketahanan ekonomi lokal yang kuat?

Pertanyaan-pertanyaan itu layak diajukan seiring sorotan publik terhadap kebijakan subsidi dan pembiayaan. Namun satu hal yang pasti: KUR tetap menjadi napas hidup banyak usaha kecil di Indonesia. Dan di antara semua institusi yang terlibat, BRI masih jadi pemain utama yang menentukan iramanya. ***

Graha Nusantara

Graha Nusantara adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *