Press ESC to close

Mengenal Scopus: Basis Data Ilmiah Bergengsi untuk Publikasi Internasional

Jakarta - Scopus adalah salah satu basis data indeksasi jurnal ilmiah paling bergengsi di dunia. Dikelola oleh Elsevier, layanan ini mengindeks lebih dari 22.000 jurnal dari lebih dari 5.000 penerbit, mencakup berbagai disiplin ilmu, mulai dari sains dan teknik hingga sosial dan humaniora.

Scopus mengindeks lebih dari 22.000 judul artikel jurnal dari lebih dari 5.000 penerbit, dengan sekitar 20.000 artikel yang telah melalui proses peer-review.

Bagi akademisi, publikasi di jurnal yang terindeks Scopus bukan sekadar prestasi, tetapi juga penentu kredibilitas di dunia penelitian. 

Perguruan tinggi dan lembaga riset sering kali menjadikan indeksasi Scopus sebagai tolok ukur dalam menilai kualitas penelitian. 

Bahkan, pemeringkatan universitas dunia, seperti QS World University Rankings, menggunakan data dari Scopus untuk menilai dampak riset suatu institusi.

Namun, mendapatkan publikasi di jurnal Scopus bukan perkara mudah. Jurnal-jurnal yang masuk dalam indeks ini memiliki standar ketat, baik dalam aspek metodologi penelitian maupun kualitas penulisan. 

Untuk mengukur kualitas jurnal, Scopus menggunakan sistem penilaian seperti SCImago Journal Rank (SJR), yang berfungsi untuk mengukur dampak dan pengaruh sebuah artikel ilmiah.

Selain sistem penilaian berbasis kuantitatif, Scopus juga membagi jurnalnya ke dalam empat kategori berdasarkan tingkat kualitas: Quartile 1 (Q1) untuk jurnal dengan peringkat tertinggi, disusul Q2, Q3, dan Q4 yang memiliki kualitas lebih rendah secara bertahap. 

Jurnal dalam kategori Q1 dan Q2 umumnya menjadi target utama bagi akademisi karena memiliki dampak yang lebih besar dalam komunitas ilmiah.

Namun, ada tantangan tersendiri dalam publikasi di jurnal Scopus. Salah satu kendala utama adalah munculnya jurnal predator, yakni jurnal yang mengaku terindeks Scopus tetapi tidak memiliki proses peer-review yang ketat. 

Para peneliti yang tidak teliti dalam memilih jurnal dapat terjebak dalam publikasi yang tidak diakui secara akademik.

Di sisi lain, akses ke jurnal yang terindeks Scopus juga tidak selalu mudah bagi masyarakat umum. Sebagian besar artikel di dalamnya berada di balik paywall atau hanya bisa diakses melalui institusi akademik yang memiliki langganan resmi. 

Meski begitu, banyak peneliti yang berupaya menyediakan versi preprint atau akses terbuka agar hasil penelitian mereka dapat menjangkau lebih banyak pembaca.

Dengan reputasi dan kredibilitasnya, Scopus tetap menjadi pilihan utama bagi para akademisi yang ingin memperkuat posisi mereka dalam dunia penelitian. 

Namun, pemahaman yang mendalam tentang sistem indeksasi ini, beserta tantangan dan peluangnya, menjadi kunci utama untuk memanfaatkan Scopus secara optimal. ***

Graha Nusantara

Graha Nusantara adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *