Jawa Barat - Apakah Dedi Mulyadi seorang pejabat atau justru konten kreator penuh waktu? Pertanyaan ini mencuat dari seorang kreator TikTok, Keanshihab Is'ad Hakim, dalam sebuah video reflektif yang kini ramai diperbincangkan. Ia membuka komentarnya dengan nada heran, “Gue nggak tahu ini pejabat atau konten kreator full time.”
Fenomena gaya kerja Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat, belakangan menjadi sorotan. Hampir setiap hari, pria yang dikenal dengan gaya komunikatif dan blusukan ini terlihat melakukan sidak, menegur pelanggaran, hingga menutup usaha ilegal. Ia juga kerap membantu warga, bahkan menggunakan uang pribadi. Semua momen itu terekam dan dibagikan melalui video di media sosial.
“Kang Dedi Mulyadi kerja sambil ngonten atau ngonten sambil kerja?” tanya Keanshihab, menyentil kebingungan publik terhadap peran ganda sang pejabat.
Satu sisi, ada yang menilai kegiatan tersebut sebagai pencitraan. Namun di sisi lain, tak sedikit pula yang mengapresiasi karena masyarakat bisa melihat langsung kinerja pejabat tanpa harus membaca laporan resmi yang tebal dan bertele-tele.
“Semua masuk video. Satu sisi bilang pencitraan, tapi di satu sisi karena rajin ngonten, orang bisa lihat langsung. Oh ini loh kerja gubernur, bukan cuma duduk di kantor,” ujar Keanshihab.
Lebih menarik lagi, distribusi konten Dedi tidak hanya bersumber dari akun pribadinya. Akun-akun berita, reaction, bahkan warganet ikut menyebarkan ulang video-videonya. Ini menunjukkan proses distribusi yang organik dan luas—sebuah bentuk baru dari transparansi publik.
“Nah, mungkin inilah bentuk transparansi. Bukan laporan kertas setebal bantal, tapi video yang bisa lo tonton sambil makan mie,” tambahnya.
Namun, sikap publik tetap terbagi. Ada yang skeptis dan menyebut gaya ini sebagai settingan yang tidak natural. Sementara yang lain merasa inilah bentuk keterbukaan kerja pejabat yang dibutuhkan saat ini. Dalam situasi serba digital, diam pun bisa salah, vokal apalagi.
“Dan jujur aja, pejabat kalau diem-diem doang, nggak ada yang tahu ini ngapain, juga dihujat kan? Giliran ada yang terang-terangan, malah dibilang kimik. Jadi serba salah,” tutur Keanshihab.
Menutup pernyataannya, ia melempar pertanyaan terbuka ke publik: “Jadi gue tanya, lo tim yang mana? Ya bagus dong, rakyat jadi ngerti kerjanya gubernur. Atau tim, ah ini mah settingan. Nggak natural. Atau jangan-jangan dua-duanya bener. Menurut lo gimana? Coba tulis di komen.”
Deddy Mulyadi, dengan gayanya yang unik, mungkin sedang menggeser paradigma tentang bagaimana seorang pejabat bekerja dan berkomunikasi. Antara kerja dan konten, antara pencitraan dan transparansi, publik kini dihadapkan pada tantangan baru: menilai kinerja tidak hanya dari hasil, tapi juga dari cara penyajiannya. ***