Tiongkok - Di tengah keramaian kota besar, pengemis sering kali menjadi simbol kemiskinan yang mengundang simpati. Namun siapa sangka, di balik tampilan lusuh dan tangan yang menengadah, ada kisah yang justru mencengangkan: seorang pria paruh baya di Tiongkok yang selama ini dikenal sebagai pengemis, ternyata memiliki kekayaan miliaran rupiah.
Pria tersebut selama bertahun-tahun berpenampilan seperti gelandangan dan meminta belas kasihan dari pejalan kaki. Namun saat diamankan oleh otoritas setempat karena dianggap mengganggu ketertiban umum, fakta mengejutkan pun terkuak. Ia ternyata menyimpan uang tunai senilai 6 juta yuan atau sekitar Rp14 miliar, dan memiliki sebuah apartemen mewah seharga 10 juta yuan atau Rp23 miliar.
Kepada petugas, ia dengan tenang mengaku, “Aku tidak kekurangan uang. Aku hanya menganggur.” Seluruh kekayaannya, termasuk apartemen, disebutkan telah ia titipkan atas nama anaknya.
Kisah ini langsung menyebar luas dan mengundang beragam reaksi publik. Banyak yang tak menyangka, aktivitas mengemis yang kerap dianggap sebagai pilihan terakhir bagi kaum miskin, bisa menjadi ladang pemasukan menggiurkan jika dijalani secara sistematis.
Fenomena ini menyulut perdebatan di masyarakat. Di satu sisi, publik mengecam tindakan menipu empati demi keuntungan pribadi. Di sisi lain, fakta ini juga mengungkapkan adanya lubang dalam sistem sosial yang tidak memiliki mekanisme kuat untuk memilah siapa yang benar-benar butuh uluran tangan, dan siapa yang hanya memanfaatkan belas kasih.
Hingga kini belum ada informasi lanjutan apakah pria tersebut akan dikenai sanksi hukum atau tidak. Namun yang jelas, kisah ini telah mengubah cara pandang banyak orang terhadap pengemis di jalanan—bahwa tak semua kemiskinan bisa dinilai dari tampilan luar.
****