Jakarta – Waktu tunggu ibadah haji di Indonesia kembali mencuri perhatian. Berdasarkan data terbaru, antrean terpanjang tercatat di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, dengan estimasi 47 tahun. Sementara itu, waktu tunggu tercepat berada di Kabupaten Maluku Barat Daya, yakni 11 tahun.
Pemerintah melalui Kementerian Agama RI menyampaikan bahwa disparitas ini mencerminkan perbedaan jumlah pendaftar dan kapasitas kuota tiap wilayah. Dalam keterangannya, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, mengatakan, "Tingginya minat masyarakat yang mendaftar haji tidak sebanding dengan kuota yang tersedia setiap tahun."
Hingga saat ini, jumlah pendaftar haji di Indonesia telah mencapai lebih dari 5,4 juta orang. Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Fadlul Imansyah, menyebutkan bahwa waktu tunggu nasional berkisar antara 25 hingga 30 tahun.
"Apabila kita lihat data BPS tahun 2023, ada 17 juta dari 210 juta umat muslim Indonesia yang telah memenuhi syarat untuk menunaikan ibadah haji. Namun baru 0,31 persen yang sudah terdaftar sebagai calon jemaah haji," ujarnya.
Ketimpangan antara jumlah pendaftar dan kuota tahunan menjadi tantangan utama. Tahun ini, Indonesia mendapat kuota sebesar 221.000 jemaah, yang terdiri dari 203.320 jemaah reguler dan 17.680 jemaah haji khusus. Namun, kuota ini tetap belum mampu mengimbangi derasnya antusiasme umat.
Secara global, situasi serupa juga terjadi di negara lain. Konsul Haji KJRI Jeddah, Endang Djumali, mengungkapkan bahwa antrean haji di Malaysia bahkan mencapai 120 tahun, sementara di Singapura mencapai 34 tahun.
“Antrean berangkat haji Malaysia itu sampai 120 tahun. Kalau di Singapura mencapai 34 tahun,” jelasnya.
Di tengah antrean panjang ini, pemerintah terus berupaya memberikan edukasi dan transparansi informasi kepada masyarakat. Salah satu pesan yang terus digaungkan adalah pentingnya memahami bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi yang mampu secara fisik, finansial, dan logistik, termasuk kesiapan waktu.
Bagi banyak umat Islam, haji adalah puncak dari perjalanan spiritual. Maka, meski harus menunggu puluhan tahun, harapan tetap menyala. Dengan perencanaan yang tepat dan kesabaran yang panjang, cita-cita suci itu diyakini akan sampai juga pada waktunya.