Press ESC to close

Jurnal Kamu Ingin Diakui Secara Global? Ini 8 Indeksasi Internasional yang Harus Dituju

Jakarta - Di era ilmu pengetahuan yang terus berkembang, indeksasi jurnal menjadi pilar penting dalam menjaga integritas dan kualitas akademik. Indeksasi bukan hanya penanda pengakuan atas kualitas ilmiah, tetapi juga menjadi alat ukur dampak riset terhadap masyarakat global. Dari Web of Science hingga Google Scholar, inilah delapan indeks internasional paling bergengsi beserta sejarah, tujuan, dan arah pengembangannya.

1. Web of Science (WoS): Warisan Eugene Garfield yang Mendunia

Pendiri & Sejarah: Didirikan oleh Eugene Garfield pada 1964 melalui Institute for Scientific Information (ISI), WoS merupakan pelopor sistem indeksasi ilmiah berbasis sitasi. Awalnya dikenal sebagai Science Citation Index, sistem ini merevolusi cara ilmuwan melacak jejak literatur.

Tujuan: Tujuan utama WoS adalah menyediakan platform seleksi ilmiah yang transparan dan andal, guna menilai kontribusi sebuah jurnal berdasarkan sitasi dan kualitas editorial.

Pengembangan: Kini dikelola oleh Clarivate, WoS terus mengembangkan portofolionya dengan menambahkan indeks seperti AHCI dan ESCI, serta memperbarui 24 kriteria evaluasi agar sejalan dengan perkembangan global dalam publikasi ilmiah.

2. Scopus: Inisiatif Elsevier untuk Indeksasi Global Berkualitas

Pendiri & Sejarah: Scopus diluncurkan oleh penerbit raksasa Elsevier pada 2004. Tujuannya adalah menawarkan indeks ilmiah multidisiplin yang lebih inklusif dan modern daripada WoS.

Tujuan: Scopus berfokus pada cakupan luas jurnal dari berbagai negara dan disiplin, sambil tetap menjaga kualitas melalui proses kurasi oleh Content Selection and Advisory Board (CSAB).

Pengembangan: Selain metrik seperti CiteScore dan SJR, Scopus kini terintegrasi dengan alat bibliometrik dan profil penulis yang mendukung evaluasi riset, hibah, dan kolaborasi akademik.

3. PubMed/MEDLINE: Pilar Ilmu Kedokteran Modern

Pendiri & Sejarah: MEDLINE diluncurkan pada 1966 oleh National Library of Medicine (NLM), AS. Pada 1996, sistem pencarian daringnya diberi nama PubMed.

Tujuan: Memfasilitasi akses terbuka terhadap literatur kesehatan global serta menyediakan data medis yang tervalidasi dan berbasis bukti.

Pengembangan: PubMed berkembang menjadi ekosistem riset medis terbesar dengan tambahan data klinis, filter sistematik, dan integrasi ke ClinicalTrials.gov, menjadikannya sumber utama untuk review ilmiah dan kebijakan kesehatan.

4. DOAJ: Gerakan Global untuk Akses Terbuka

Pendiri & Sejarah: Didirikan pada 2003 oleh Lund University Libraries di Swedia, DOAJ muncul sebagai respon terhadap kebutuhan publikasi ilmiah terbuka dan etis.

Tujuan: Mendukung jurnal akses terbuka yang berkualitas dengan proses editorial dan peer review yang transparan, serta mendorong diseminasi pengetahuan yang adil.

Pengembangan: Saat ini DOAJ dikelola oleh Infrastructure Services for Open Access (IS4OA) dan terus meningkatkan kriteria seleksi untuk menghindari jurnal predator dan menjamin transparansi lisensi serta metadata.

5. ERIC: Pusat Ilmu Pendidikan Dunia

Pendiri & Sejarah: Dibentuk pada 1966 oleh U.S. Department of Education, ERIC menjadi salah satu repositori tertua dan terlengkap untuk literatur pendidikan.

Tujuan: Menjadi pusat dokumentasi untuk riset, praktik, dan kebijakan pendidikan yang berkualitas dan berdampak pada sistem pendidikan global.

Pengembangan: ERIC kini mengarsipkan artikel dari jurnal, laporan kebijakan, hingga materi pembelajaran digital. Ia juga terintegrasi dengan perpustakaan dan sistem pendidikan di seluruh dunia.

6. Embase: Jembatan Riset Klinis dan Industri Farmasi

Pendiri & Sejarah: Didirikan oleh Elsevier, Embase pertama kali diluncurkan pada 1947 sebagai Excerpta Medica Abstract Journals, dan berevolusi menjadi platform pencarian medis lanjutan.

Tujuan: Memperluas jangkauan literatur medis dan farmasi serta mendukung proses sistematik review dengan cakupan prosiding, uji klinis, dan uji laboratorium.

Pengembangan: Embase menyediakan pencarian berlapis menggunakan Emtree (tesaurus khusus medis), dan menjadi alat utama dalam pharmacovigilance serta pengembangan obat.

7. Dimensions: Revolusi Analitik dalam Ilmu Pengetahuan

Pendiri & Sejarah: Dikembangkan oleh Digital Science (anak perusahaan Holtzbrinck), Dimensions diluncurkan pada 2018 sebagai platform indeksasi yang menyatukan data publikasi, pendanaan, paten, dan kebijakan.

Tujuan: Mengintegrasikan seluruh ekosistem riset dari hulu ke hilir, memungkinkan pelacakan dampak ilmiah, ekonomi, dan sosial secara real time.

Pengembangan: Dengan antarmuka yang fleksibel dan terbuka, Dimensions menjadi alternatif modern bagi peneliti, institusi, dan pemerintah untuk memahami tren riset dan alokasi dana secara dinamis.

8. Google Scholar: Mesin Pencari Kutipan Terluas

Pendiri & Sejarah: Diluncurkan oleh Google Inc. pada 2004, Google Scholar diprakarsai oleh ilmuwan komputer Anurag Acharya dan Alex Verstak.

Tujuan: Memudahkan akses ke berbagai sumber ilmiah—baik formal maupun non-formal—dan menghubungkan pengguna dengan jejak sitasi secara luas.

Pengembangan: Meski bukan indeks selektif, Google Scholar terus berkembang dengan integrasi profil penulis, h-index otomatis, serta fitur kutipan yang memudahkan pelacakan literatur dari seluruh dunia.

Delapan indeksasi ini bukan sekadar daftar pencarian jurnal, melainkan cerminan dari sejarah panjang perjuangan sains untuk diakui, dibagikan, dan dipertanggungjawabkan. Akademisi, peneliti, dan penerbit yang ingin meraih pengakuan global wajib memahami akar, tujuan, dan arah pengembangan masing-masing sistem. Dengan begitu, kita tidak hanya menulis untuk publikasi, tetapi juga berkontribusi dalam peradaban ilmu pengetahuan itu sendiri. ***

Graha Nusantara

Graha Nusantara adalah media siber yang menyajikan berita terkini, independen, dan akurat, mencakup politik, ekonomi, hukum, serta isu nasional dan daerah.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *