Ciputat, Tangerang Selatan - Di tengah cepatnya arus digital dan perubahan gaya hidup, generasi milenial dan Gen Z menghadapi tantangan yang tidak ringan—mulai dari krisis identitas, tekanan sosial, hingga kaburnya batas moral akibat derasnya informasi. Dalam situasi seperti ini, Al-Qur’an menawarkan panduan hidup yang tetap relevan lintas zaman. Salah satunya adalah sembilan perintah Allah yang secara langsung membentuk karakter dan akhlak mulia, yang sangat penting diketahui dan diamalkan oleh generasi muda masa kini.
Perintah pertama berkaitan dengan lisan, salah satu aspek penting di era media sosial. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 159, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” Ujaran kebencian dan komentar pedas yang kerap ditemui online menjadi pengingat akan pentingnya berkata lembut dan santun.
Kedua, perintah untuk menahan amarah. QS. Ali Imran ayat 134 menyebutkan, “(yaitu) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” Di tengah budaya cancel dan reaktif, pengendalian emosi menjadi kekuatan yang membedakan mereka yang bijak dari yang gegabah.
Ketiga, Allah menekankan pentingnya berbuat baik kepada sesama manusia. Dalam QS. An-Nisa ayat 36 disebutkan, “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki.” Kebaikan tidak terbatas pada likes dan followers, tapi nyata dalam interaksi harian.
Keempat, perintah untuk tidak sombong. QS. Al-A’raf ayat 13 mencatat, “Allah berfirman: ‘Turunlah kamu dari surga itu; tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.’” Di era pencitraan dan validasi sosial, rendah hati adalah kemewahan spiritual.
Kelima, pentingnya memaafkan. Dalam QS. Al-A’raf ayat 199, Allah berfirman, “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” Sikap pemaaf bukan tanda kelemahan, melainkan refleksi ketenangan dan keteguhan hati.
Keenam, perintah untuk berbicara halus dan sopan. QS. Thaha ayat 44 menyebutkan, “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” Bahkan saat menghadapi penguasa zalim seperti Firaun, Allah menganjurkan kelembutan. Ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang etis, termasuk di ruang digital.
Ketujuh, Allah memerintahkan untuk merendahkan suara. QS. Luqman ayat 19 berbunyi, “Dan sederhanakanlah dalam berjalanmu dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Kesantunan berbicara adalah tanda kematangan dan kontrol diri.
Kedelapan, larangan mengejek orang lain. QS. Al-Hujurat ayat 11 memperingatkan, “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” Bullying, body shaming, dan ejekan digital tak hanya menyakiti, tapi juga bertentangan dengan ajaran ilahi.
Kesembilan, perintah berbakti kepada orang tua. QS. Al-Isra ayat 23 menegaskan, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.” Di tengah modernitas dan independensi, penghormatan kepada orang tua tetap tak tergantikan.
Sembilan perintah ini adalah pondasi akhlak yang tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga sangat aplikatif dalam menghadapi dinamika zaman. Bagi generasi milenial dan Gen Z yang ingin menjadi versi terbaik dirinya—di dunia nyata maupun digital—menjadikan sembilan pedoman ini sebagai kompas hidup adalah langkah bijak yang tak pernah usang oleh waktu.
***
