Jakarta - Pemerintah Indonesia baru saja memperkenalkan Dana Kekayaan Negara bernama Danantara, sebuah langkah ambisius yang bertujuan untuk memodernisasi pengelolaan aset negara dan mempercepat pembangunan di sektor strategis seperti energi terbarukan, manufaktur, infrastruktur, serta kecerdasan buatan. Dengan nilai mencapai US$20 miliar, dana ini diharapkan dapat mengoptimalkan aset negara melalui investasi yang lebih fleksibel dan inovatif tanpa bergantung pada pembiayaan eksternal.
Apa itu Danantara?
Danantara adalah Dana Kekayaan Negara yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk mengelola dan mengoptimalkan aset negara dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berbeda dari mekanisme pengelolaan aset sebelumnya, Danantara mengadopsi model investasi strategis yang memungkinkan privatisasi sebagian aset negara guna mendukung proyek pembangunan yang berkelanjutan. Dana ini juga bertujuan untuk menarik investasi asing dan memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.
Namun, meski disambut dengan optimisme, peluncuran Danantara juga memunculkan kekhawatiran di kalangan pengamat ekonomi dan masyarakat luas. Banyak yang menyoroti potensi risiko yang bisa timbul jika pengelolaan dana ini tidak diawasi dengan baik. Beberapa pihak bahkan membandingkannya dengan skandal korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB) di Malaysia, yang berakhir dengan vonis penjara bagi mantan Perdana Menteri Najib Razak.
"Kami menyadari kekhawatiran tersebut, dan itulah mengapa kami berkomitmen untuk memastikan bahwa Danantara dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang tinggi," ujar seorang pejabat pemerintah yang enggan disebutkan namanya. Pemerintah menekankan bahwa pengelolaan dana ini akan menerapkan standar tata kelola internasional serta melibatkan dewan direksi yang bebas dari konflik kepentingan politik.
Meskipun demikian, skeptisisme tetap ada. Beberapa analis menyoroti bagaimana besarnya aset yang dikelola—diperkirakan mencapai Rp15.000 triliun—bisa menjadi daya tarik bagi potensi penyalahgunaan jika mekanisme pengawasan tidak diperketat. "Pelajaran dari 1MDB harus menjadi peringatan bagi Indonesia. Pengawasan yang lemah dapat berujung pada kerugian besar bagi negara," ujar seorang pengamat ekonomi.
Di sisi lain, para pendukung Danantara melihatnya sebagai peluang emas bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan menarik lebih banyak investasi asing. Presiden Prabowo Subianto sendiri menekankan pentingnya langkah ini dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. "Indonesia siap berkolaborasi, kami terbuka untuk bisnis dan investasi," ujar Prabowo dalam sebuah pernyataan resmi.
Kini, tantangan terbesar bagi pemerintah adalah membuktikan bahwa Danantara tidak akan bernasib sama seperti 1MDB. Dengan harapan tinggi dari masyarakat serta tekanan untuk memastikan tata kelola yang bersih dan profesional, keberhasilan atau kegagalan Danantara akan menjadi tolok ukur utama bagi arah kebijakan ekonomi Indonesia di masa depan.
(*)