Jakarta - Ketika langit malam Jakarta menampakkan hilal setinggi 4 derajat dengan elongasi 6,02 derajat pada 28 Februari 2025, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Nafis, mengisyaratkan potensi perbedaan dalam penetapan awal Ramadan 1446 H/2025 M.
Meskipun kriteria Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) mensyaratkan tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, hanya wilayah Aceh yang memenuhi syarat tersebut.
Perbedaan ini berakar pada variasi ketinggian hilal di berbagai wilayah Indonesia. Di Jawa Timur, misalnya, tinggi hilal tercatat 3 derajat dengan elongasi 5,9 derajat, yang berarti elongasinya belum memenuhi kriteria MABIMS.
Hal ini menimbulkan kemungkinan perbedaan dalam memulai ibadah puasa di antara organisasi masyarakat Islam.
Namun, harapan akan keseragaman muncul saat memasuki akhir Ramadan. Pada 27 Maret 2025 pukul 10.02 WIB, tinggi hilal saat maghrib di Jakarta diperkirakan mencapai 1° 28' dengan elongasi 6,5 derajat, memenuhi kriteria MABIMS.
Dengan demikian, Hari Raya Idulfitri diprediksi akan dirayakan serentak oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
KH Cholil Nafis menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah dan organisasi masyarakat Islam untuk meminimalkan perbedaan dan menjaga kebersamaan umat dalam menjalankan ibadah puasa serta merayakan Idulfitri.
Beliau menyatakan bahwa jika berpegang pada kriteria MABIMS, potensi perbedaan awal Ramadan sangat mungkin terjadi. Namun, pemerintah memiliki skenario untuk tetap mengisbatkan awal puasa pada Sabtu, 1 Maret 2025, baik rukyat berhasil atau tidak.
Kalender Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah tahun 2025 juga menyebutkan bahwa 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Namun, NU selalu menyertakan keterangan bahwa keputusan awal bulan hijriyah menunggu hasil rukyat.
Jika hilal gagal terlihat, maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari, sehingga puasa dimulai pada Minggu, 2 Maret 2025.
Dengan demikian, meskipun terdapat potensi perbedaan dalam penetapan awal Ramadan, semangat kebersamaan dan koordinasi yang baik diharapkan dapat menjaga kesatuan umat dalam menjalankan ibadah puasa dan merayakan Idulfitri secara serentak.
(*)